Pages

Tuesday 26 August 2014

Perang Informasi di zaman modern

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat bahkan semua aspek kehidupan telah memanfaatkannya seperti aspek politik, ekonomi, budaya, dan militer. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga telah merubah cara invasi suatu negara ke negara lain, jika dulu invasi dilakukan dengan bantuan kekuatan senjata sekarang invasi dilakukan dengan memanfaatkan informasi dari negara yang ditujua, ibarat kata ancaman saat ini telah berubah dari ancaman militer ke ancaman nir-militer dalam hal ini yang terkait dengan cyber.
Contoh kasus negara yang sangat aktif memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk tujuan menguasai negara lain adalah Amerika Serikat melalui badan intelijennya yakni CIA dan NSA. Dalam rangka mengumpulkan seluruh data untuk mendukung kebijakannya, badan intelijen AS dalam hal ini NSA telah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya salah satunya dengan memanfaatkan teknologi mesin pencarian mirip Google yang diberi nama ICReach.
Seperti yang dikutip dari vivanews bahwa berdasarkan dokumen bocoran yang berasal dari mantan karyawan NSA, Edward Snowden, yang kemudian dilaporkan laman The Intercept. Dikutip dari laman itu, Selasa 26 Agustus 2014, mesin pencarian yang bernama Icreach itu telah digunakan untuk membagi lebih dari 850 miliar catatan metadata panggilan telepon, email, lokasi, ponsel, sampai chatting. Seperti inilah tampilan ICReach milik NSA.
Rekaman metadata itu melonjak signifikan. Dari rekaman metadata pada tahun 2004, yang mencapai 50 miliar rekaman kemudian menembus lebih dari 850 miliar rekaman pada tahun 2007.
Rekor 850 miliar ini mengalahkan jumlah pencarian melalui Google yang per bulan hanya mencapai 100 miliar. Dokumen itu menguak bukti bahwa NSA telah menjalankan program pengawasan data masif dalam beberapa tahun. Pengawasan data masif itu secara langsung dapat diakses badan penegak hukum domestik. 
Icreach berisi informasi komunikasi privat warga luar AS, bahkan jutaan catatan warga AS yang tak diduga berbuat pelanggaran. 
Memang praktik pengawasan NSA yang melibatkan berbagai badan seperti CIA dan FBI, sudah jamak diketahui sejak setahun belakangan. Informasi itu juga berasal dari bocoran dokumen Snowden. Namun beberapa waktu lalu, belum diketahui bagaimana metode berbagi data yang dilakukan antara NSA dengan badan pemerintah AS itu.
Laman itu juga melaporkan sebuah dokumen perencanaan pada 2007 mencantumkan daftar beberapa badan, seperti FBI, CIA, Drug Enforcement Administration (DEA) dan Defence Intelligence Agency sebagai anggota inti dari jaringan berbagi mesin pencarian itu.

Arsitektur mesin pencarian NSA

Arsitektur ICReach besutan NSA (Theintercept.com)

Diakses 1.000 analis
Laporan The Intercept menambahkan, menurut memo pada 2010, mesin pencarian Icreach telah diakses lebih dari 1.000 analis pada 23 badan pemerintah AS yang menjalankan tugas intelijen. 
Disebutkan informasi yang dibagi melalui mesin pencarian itu dapat digunakan untuk melacak gerakan masyarakat, mengungkap jaringan kelompok mereka, membantu memprediksi aksi di masa depan dan secara potensial mengungkap afiliasi agama dan aliran politik.
"Tim Icreach memberikan berbagi metadata komunikasi besar-besaran pertama kali dengan komunitas intelijen AS. Tim ini mulai bekerja lebih dari dua tahun sesuai konsep dasar kebutuhan komunikasi metadata komunitas dan NSA," tulis sebuah memo rahasia bertanggal Desember 2007.
Icreach disebutkan lebih canggih dalam praktik pengolahan metadata NSA. Lebih luas dibanding kewenangan menyadap metadata komunikasi warga AS yang diatur dalam Pasal 215 Undang-Undang Bela Negara (Patriot Act). 
Dalam pasal itu, yang hanya dapat diperbolehkan mengakses metadata adalah sejumlah kecil karyawan NSA dan hanya dapat dilakukan pencarian terkait isu terorisme. Sedangkan pada mesin pencarian itu dapat memberikan akses data dalam jumlah sangat besar yang dapat diolah analis dari berbagai komunitas intelijen.

Ternyata semakin zaman modern ancamannya juga semakin besar, bahkan perang di zaman modern ini tidak terasa jika berperang di zaman dahulu. Perang saat ini tidak mengandalkan kekuatan militer namun lebih bertumpu pada penguasan informasi yang dimiliki. Hal ini sangat sejalan dengan ajaran Sun-Tzu seorang pakar strategi dari China yang menyatakan bahwa kunci jika ingin menguasai negara lain, maka kuasailah seluruhi informasi tentang negara itu.

Sumber referensi : 

No comments:

Post a Comment