Pages

Thursday, 22 August 2013

NU dalam Pilkada Jawa Timur



 oleh : MNA
Jawa Timur memang dikenal sebagai basis masa NU, berbagai Pondok Pesantren maupun tokoh besar NU berada di Jawa Timur. Sebagai organisasi keagamaan yang besar, NU sangat berperan dalam kehidupan di negara ini, termasuk dalam kehidupan berpolitik. Sebentar lagi Jawa Timur akan menggelar hajat politik, suara warga NU menjadi rebutan oleh sejumlah kandidat. Kembalinya pasangan Khofifah – Herman yang awalnya gagal ikut Pilkada, kembali meningkatkan tensi politik di Jawa Timur khususnya di kalangan NU.
Seperti kita ketahui bersama, ada 2 (dua) kubu kandidat Calon Gubernur/Wakil Gubernur yang berasal dari NU yakni Syaifullah Yusuf yang menjabat sebagai Ketua PBNU, maju kembali sebagai Wakil Gubernur mendampingi Soekarwo. Pasangan ini diusung oleh Partai Demokrat, Golkar dan PPP. Sementara pasangan lain yang sama-sama berasal dari NU adalah Khofifah yang menjabat sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU, maju sebagai Calon Gubenur berpasangan dengan Herman. Pasangan ini diusung oleh partai politik yang dikomandoi oleh PKB, PKPB, PKPI, PK, dan PMB.
Dengan adanya 2 kubu kandidat Calon Gubernur/Wakil Gubernur yang berasal dari NU, tentunya merupakan suatu kebanggaan dan prestasi bagi NU karena putra-putri terbaiknya dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Jawa Timur. Namun yang perlu dicermati, jika NU asyik sendiri dengan menjadikan warganya sebagai rebutan oleh 2 kubu tersebut, bisa jadi malah menguntungkan kandidat lain yang bukan dari NU atau justru warga NU yang bosan menjadi rebutan akan beralih ke kubu lain.

Lalu kemana tokoh-tokoh NU berlabuh? Ternyata suara tokoh-tokoh NU juga terbagi menjadi 2 kubu, ada yang pro ke Karwo – Yusuf dan ke Khofifah – Herman. Tokoh-tokoh NU ini juga mempunyai massa, mempunyai santri, harapannya tentu ketika berhasil meyakinkan tokoh tersebut ikut ke kubunya maka ribuan massa dan santrinya akan ikut dibelakangnya. Dukungan yang diberikan oleh tokoh-tokoh NU bukan hanya sekedar dalam pernyataan belaka, namun secara vulgar ikut mengkampanyekan kandidat yang dipilih. Dari total 37 juta penduduk Jawa Timur, kurang lebih ada 24 juta diantaranya sebagai warga NU, jumlah yang cukup fantastis untuk diperebutkan.
Semoga keterlibatan sejumlah tokoh-tokoh NU dalam dukung mendukung kandidat Gubernur/Calon Gubernur Jawa Timur tetap dalam koridor Khittah NU, warga NU boleh berpolitik, namun NU sebagai organisasi tetap netral, sehingga Khittah NU yang dicetuskan dalam Muktamar NU di Situbondo pada 1984 dan diperkuat dalam Muktamar NU tahun 2004 dan 2010 tetap dihormati, bukan sekedar macan kertas yang hanya berlaku di muktamar saja, tidak lebih.
Perlu dicermati juga, bahwa Pilkada Jawa Timur juga bukan sekedar pertarungan 2 tokoh NU, namun juga pertarungan partai politik yang sama-sama dibesarkan oleh NU yakni antara PPP dan PKB.
Lalu kemana suara NU akan berlabuh? Tentunya hal ini dikembalikan ke masing-masing warga NU yang mempunyai hak pilih dalam Pilkada Jawa Timur nantinya. Dan semoga NU bukan hanya dijadikan sebagai simbol atau jargon politik sesaat.

No comments:

Post a Comment