Pages

Tuesday, 16 January 2018

Waspada Wisata ke Bukit Jaddih - Madura


Aksi begal sepertinya susah untuk dihilangkan dari sebagian oknum masyarakat, pekerjaan yang tidak memakan waktu lama namun dengan hasil yang lumayan (prinsip ekonomi).
Saya akan berbagi pengalaman dengan para pembaca mengenai pengalaman akan dibegal saat akan berwisata ke Bukit Jaddih yang berada di Pulau Madura. Kejadian ini terjadi pada tanggal 15 Januari 2018 sekira pukul 09.30 an WIB lokasinya berada di Kecamatan Labang Kabupaten Madura. Arah jalan ini memang menjadi prioritas utama jika kita mencari jalan ke Bukit Jaddih dengan bantuan google maps.




Pada saat itu sebenarnya sudah membaca review google maps, yang diantaranya disarankan jika akan bepergian ke Bukit Jaddih mengambil waktu antara pukul 09.00 – 15.00 WIB karena dikhawatirkan terjadi apa-apa. Karena tidak disebutkan kejadiannya atau mungkin saya yang kurang membaca lengkap review di bawahnya akhirnya pada jam 09.00 WIB berangkat ke Madura via Suramadu, begitu ada lampu merah pertama dari arah Suramadu saya mengambil jalan yang ke arah kiri (kondisi berboncengan motor dengan istri, motor vario plat daerah (bukan L dan bukan M), lurus terus sampai dengan mentok pertigaan belok kanan. Sekitar jarak 1 KM dari pertigaan disitulah upaya aksi pembegalan menimpa diri saya, yang pelakunya 2 orang laki-laki memakai helm gelap, dengan sepeda motor matic, begal yang membonceng membawa 1 parang. Alhamdulillah hanya tangan kanan yang lecet sedikiti kena parang, istri dan sepeda motor nya juga selamat.
Bagi pengendara sepeda motor atau mobil yang akan ke tempat wisata diharapkan:
1.     Tidak menjadikan hasil pertama (yang berwarna) dari google maps sebagai penunjuk arah yang utama, karena yang opsi pertama yang ditunjukan adalah jalur terpendek menuju alamat tujuan. Google maps tidak dapat mengidentifikasi kalau jalan itu sempit atau luas, aman atau tidak, sedang ada hajatan atau tidak. Lebih baik mencari rute atau jalur pembanding (yang tidak berwarna), disarankan mengikuti jalur yang umum (dilewati angkutan umum) meskipun jarak tempuhnya lebih lama.
2.    Jika tetap melalui jalur yang berwarna, bagi pengendara sepeda motor agar beramai-ramai, minimal 5 motor dan harap tetap waspada, jangan lupa tengok ke belakang khawatir ada yang mengikuti. Namun untuk alasan keamanan disarankan melewati jalur yang menuju kota (rute tidak berwarna).
3.    Jalur yang berwarna, kanan kirinya memang indah, banyak sawah dengan gubug-gubugnya, sepi jarang ada pengendar lewat, jika pada saat dibegal ada mobil yang lewat itu pun belum tentu turun untuk membantu.
4.    Jika melewati jalur yang berwarna, harap waspada di titik-titik yang duga menjadi pos pengintain mereka. Asumsi ini didasarkan pengalaman, bahwa pada saat aksi pembegalan ke saya itu gagal, saya ambil motor dari menuju ke arah suramadu dengan kecepatan 60-80 km per jam, pada saat sampai dipertigaan lampu merah, dan berhenti, tiba-tiba ada sepeda motor dengan mba-mba sendirian yang mengendarainya, dia bertanya “mas nya yang tadi kejadian disana ya, iya daerah itu memang rawan, ayo mampir ke warung saya dulu, minum-minum dulu biar tenang”.
Yang membuat kami berdua curiga dengan mba-mba ini adalah:
a.    Dia tidak memakai helm, namun bisa sampai mengejar saya, apa matanya tidak kena  debu atau angin 
b.    Pada saat saya akan dibegal tidak ada motor yang lewat dan dalam jarak 200 meter tidak ada juga orang yang melihat kecuali orang yang ada di mobil, kira-kira berjarak 50 meter dari TKP. Jadi kenapa mba-mba ini bisa tahu kalau yang akan dibegal itu adalah saya. 

Sekian berbaginya, semoga bermanfaat, semoga ada tindak lanjut dari aparat keamanan dan pihak pemerintahan setempat. Kasihan kalau ada tempat wisata yang menarik namu gara-gara urusan begal jadi banyak pengunjung yang batal berkunjung ke sana.

No comments:

Post a Comment