Aksi
begal sepertinya susah untuk dihilangkan dari sebagian oknum masyarakat,
pekerjaan yang tidak memakan waktu lama namun dengan hasil yang lumayan
(prinsip ekonomi).
Saya
akan berbagi pengalaman dengan para pembaca mengenai pengalaman akan dibegal
saat akan berwisata ke Bukit Jaddih yang berada di Pulau Madura. Kejadian ini
terjadi pada tanggal 15 Januari 2018 sekira pukul 09.30 an WIB lokasinya berada
di Kecamatan Labang Kabupaten Madura. Arah jalan ini memang menjadi prioritas
utama jika kita mencari jalan ke Bukit Jaddih dengan bantuan google maps.
Pada
saat itu sebenarnya sudah membaca review google maps, yang diantaranya
disarankan jika akan bepergian ke Bukit Jaddih mengambil waktu antara pukul
09.00 – 15.00 WIB karena dikhawatirkan terjadi apa-apa. Karena tidak disebutkan
kejadiannya atau mungkin saya yang kurang membaca lengkap review di bawahnya
akhirnya pada jam 09.00 WIB berangkat ke Madura via Suramadu, begitu ada lampu
merah pertama dari arah Suramadu saya mengambil jalan yang ke arah kiri
(kondisi berboncengan motor dengan istri, motor vario plat daerah (bukan L dan
bukan M), lurus terus sampai dengan mentok pertigaan belok kanan. Sekitar jarak
1 KM dari pertigaan disitulah upaya aksi pembegalan menimpa diri saya, yang
pelakunya 2 orang laki-laki memakai helm gelap, dengan sepeda motor matic,
begal yang membonceng membawa 1 parang. Alhamdulillah hanya tangan kanan yang
lecet sedikiti kena parang, istri dan sepeda motor nya juga selamat.
Bagi
pengendara sepeda motor atau mobil yang akan ke tempat wisata diharapkan:
1. Tidak menjadikan hasil pertama (yang
berwarna) dari google maps sebagai
penunjuk arah yang utama, karena yang opsi pertama yang ditunjukan adalah jalur
terpendek menuju alamat tujuan. Google maps tidak dapat mengidentifikasi kalau
jalan itu sempit atau luas, aman atau tidak, sedang ada hajatan atau tidak. Lebih
baik mencari rute atau jalur pembanding (yang tidak berwarna), disarankan mengikuti
jalur yang umum (dilewati angkutan umum) meskipun jarak tempuhnya lebih lama.
2. Jika tetap melalui jalur yang berwarna,
bagi pengendara sepeda motor agar beramai-ramai, minimal 5 motor dan harap
tetap waspada, jangan lupa tengok ke belakang khawatir ada yang mengikuti. Namun
untuk alasan keamanan disarankan melewati jalur yang menuju kota (rute tidak
berwarna).
3. Jalur yang berwarna, kanan kirinya memang
indah, banyak sawah dengan gubug-gubugnya, sepi jarang ada pengendar lewat,
jika pada saat dibegal ada mobil yang lewat itu pun belum tentu turun untuk
membantu.
4. Jika melewati jalur yang berwarna, harap
waspada di titik-titik yang duga menjadi pos pengintain mereka. Asumsi ini
didasarkan pengalaman, bahwa pada saat aksi pembegalan ke saya itu gagal, saya
ambil motor dari menuju ke arah suramadu dengan kecepatan 60-80 km per jam,
pada saat sampai dipertigaan lampu merah, dan berhenti, tiba-tiba ada sepeda
motor dengan mba-mba sendirian yang mengendarainya, dia bertanya “mas nya yang
tadi kejadian disana ya, iya daerah itu memang rawan, ayo mampir ke warung saya
dulu, minum-minum dulu biar tenang”.
Yang membuat
kami berdua curiga dengan mba-mba ini adalah:
a.
Dia tidak
memakai helm, namun bisa sampai mengejar saya, apa matanya tidak kena debu atau
angin
b.
Pada saat
saya akan dibegal tidak ada motor yang lewat dan dalam jarak 200 meter tidak
ada juga orang yang melihat kecuali orang yang ada di mobil, kira-kira berjarak
50 meter dari TKP. Jadi kenapa mba-mba ini bisa tahu kalau yang akan dibegal
itu adalah saya.
Sekian
berbaginya, semoga bermanfaat, semoga ada tindak lanjut dari aparat keamanan
dan pihak pemerintahan setempat. Kasihan kalau ada tempat wisata yang menarik
namu gara-gara urusan begal jadi banyak pengunjung yang batal berkunjung ke
sana.
No comments:
Post a Comment