KOMPAS.com — China telah melampaui Inggris sebagai
pengekspor terbesar kelima untuk senjata dunia, seperti dilaporankan
Lembaga Riset Perdamaian Internasional di Stockholm atau SIPRI, Senin
(11/3/2013) lalu. Jumlah ekspor senjata China naik 162 persen antara
tahun 2008 dan 2012 dibanding lima tahun sebelumnya.
Hal itu berarti ekspor senjata China naik menjadi lima persen dari ekspor sebelumnya sebesar dua persen.
Pembeli
terbesar senjata China adalah Pakistan, yang membeli 55 persen dari
seluruh ekspor China, disusul oleh Burma delapan persen, dan Banglades
tujuh persen, seperti disebutkan SIPRI.
Ekspor senjata China
lainnya adalah penjualan tiga kapal fregat ke Aljazair, delapan pesawat
transpor ke Venezuela, dan 54 tank ke Maroko.
Pemasok senjata
terbesar dalam periode 2008 sampai 2012 masih Amerika, yang menguasai 30
persen dari seluruh perdagangan senjata dunia. Nomor dua adalah Rusia,
26 persen; Jerman 7 persen; dan Perancis 6 persen.
Karena China
telah masuk ke dalam lima besar pengekspor senjata, maka Inggris
tersingkir dari daftar itu untuk kali pertama sejak tahun 1950.
Monday, 18 March 2013
Sejarah Paspampres
Dalam dunia militer di Indonesia, selain kekuatan per matra, seperti TNI AD, TNI AL dan TNI AU, ada juga yang namanya Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Paspampres sendiri merupakan gabungan dari prajurit TNI dari TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang bertugas sebagai pasukan pengamanan presiden.
Tugas Pokok Paspampres
Paspampres bertugas pokok melaksanakan pengamanan fisik langsung jarak dekat setiap saat dan dimanapun berada kepada Presiden RI, Wakil Presiden RI, dan Tamu Negara setingkat Kepala Negara/Pemerintahan beserta keluarganya, serta tugas protokoler khusus pada upacara-upacara kenegaraan yang dilakukan baik di lingkungan Istana Kepresidenan maupun di luar linngkungan Istana Kepresidenan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.
Fungsi
1. Melakukan pengamanan pribadi terhadap VVIP meliputi segala usaha untuk menjamin keselamatan VVIP dari setiap ancaman bahaya langsung.
2.Resimen Tjakrabirawa
4. Paswalpres
5. Paspampres
sumber : www.paspampres.mil.id
Tugas Pokok Paspampres
Paspampres bertugas pokok melaksanakan pengamanan fisik langsung jarak dekat setiap saat dan dimanapun berada kepada Presiden RI, Wakil Presiden RI, dan Tamu Negara setingkat Kepala Negara/Pemerintahan beserta keluarganya, serta tugas protokoler khusus pada upacara-upacara kenegaraan yang dilakukan baik di lingkungan Istana Kepresidenan maupun di luar linngkungan Istana Kepresidenan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.
Fungsi
1. Melakukan pengamanan pribadi terhadap VVIP meliputi segala usaha untuk menjamin keselamatan VVIP dari setiap ancaman bahaya langsung.
2. Melakukan pengamanan instalasi yang
meliputi pengamanan personel, materi, dan seluruh fasilitas di
lingkungan yang digunakan VVIP.
3. Melakukan pengamanan penyelamatan
VVIP yang terencana, demi melindungi serta menyelamatkan jiwa VVIP dari
ancaman yang kemungkinan terjadi setiap saat.
4. Melakukan pengamanan langsung jarak dekat dalam perjalanan VVIP dari segala bentuk ancaman.
5. Melakukan pengamanan terhadap makanan
dan medis VVIP, guna melindungi VVIP dari bahaya yang dapat timbul
melalui makanan, minuman, obat-obatan dan benda-benda lainnnya.
6. Menyelenggarakan acara protokoler
khusus yang meliputi jajar kehormatan, pasukan upacara dan iringan musik
pada upacara-upacara kenegaraan.
1. Awal Kelahiran Paspampres
Pasukan
Pengamanan Presiden (PASPAMPRES) hadir hampir bersamaan dengan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana hal yang sama
terjadi dengan kelahiran TNI dan Polri. Ketika kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamirkan, para pemuda pejuang tergerak untuk mengambil
peranan mengamankan Presiden. Para pemuda tersebut terdiri dari kesatuan
Tokomu Kosaku Tai, yang berperan sebagai pengawal pribadi, dan para
pemuda mantan anggota kesatuan Peta (Pembela Tanah Air) berperan sebagai
pengawal Istana.
Situasi keamanan pada awal kemerdekaan Republik
Indonesia sangat memprihatinkan. Di beberapa daerah terjadi pertempuran
sebagai respon atas keinginan penjajah Belanda, yang disokong oleh
bantuan tentara sekutu, untuk menduduki kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia . Situasi semakin berbahaya ketika keselamatan Presiden mulai
terancam dengan didudukinya Jakarta oleh Belanda pada tanggal 3 Januari
1946. Mengingat kekuatan bersenjata Belanda yang semakin besar dan
terpusat di Jakarta, serta pertimbangan intelijen RI saat itu yang
memerkirakan adanya keinginan Belanda untuk menyandera Presiden RI dan
Wakil Presiden RI, maka Mr Pringgodigdo selaku Sekertaris Negara
mengeluarkan perintah untuk melaksanakan operasi penyelamatan pimpinan
nasional. Operasi ini kemudian dikenal dengan istilah “Hijrah ke
Yogyakarta”. Pada pelaksanaan penyelamatan ini telah ditampilkan
kerjasama unsur – unsur pengamanan Presiden RI yang terdiri dari
beberapa kelompok pejuang. Mulai dari kelompok yang menyiapkan Kereta
Api Luar Biasa (KLB), pengamankan rute Jakarta – Yogyakarta, hingga
penyelenggaraan pengamanan di titk keberangkatan yang terletak di
belakang kediaman Presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur no 56,
Jakarta.
Secara rahasia KLB ini diberangkatkan pada tanggal 3
Januari 1946 sore hari menjelang senja. Keesokan harinya tanggal 4
Januari 1946, KLB tiba di Yogyakarta. Setibanya di Yogyakarta Presiden
RI menetap di bekas rumah Gubernur Belanda di Jalan Malioboro (depan
benteng Vredenburg). Sedangkan Wakil Presiden RI bertempat tinggal di
Jalan Reksobayan no. 4 Yogyakarta. Dalam pelaksanaan operasi
penyelamatan saat itu, telah terjadi kerja sama antara kelompok
pengamanan yang terdiri dari unsur TNI dan Polri. Untuk mengenang
keberhasilan menyelamatkan Presiden Republik Indonesia yang baru pertama
kalinya dilaksanakan tersebut, maka tanggal 3 Januari 1946 dipilih
sebagai Hari Bhakti Paspampres.
Sejarah
mencatat bahwa telah terjadi beberapa kali percobaan pembunuhan
terhadap Presiden Soekarno yang berhasil di cegah dan digagalkan, antara
lain yakni, peristiwa perebutan kekuasaan tanggal 3 Juli 1946,
peristiwa granat Cikini tanggal 30 November 1957, peristiwa MIG-15
“Maukar” tanggal 9 Maret 1960, peristiwa pelemparan granat di Jalan
Cendrawasih tanggal 7 Januari 1962 dan peristiwa penembakan pada saat
Idul Adha di halaman Istana Merdeka Jakarta tanggal 14 Mei 1962.
Mempertimbangkan
dan mengantisipasi keadaan yang demikian mengkhawatirkan terhadap
keselamatan Presiden tersebut, dan atas usul Menkohankam/KASAB (Kepala
Staf Angkatan Bersenjata) pada saat itu Jenderal A.H Nasution, maka
Presiden membentuk sebuah pasukan yang secara khusus bertugas untuk
menjaga keamanan dan keselamatan jiwa Kepala Negara beserta keluarganya.
Pasukan khusus tersebut dikenal dengan RESIMEN TJAKRABIRAWA. Nama
Tjakrabirawa diambil dari nama senjata pamungkas milik Batara Kresna
yang dalam lakon wayang purwa digunakan sebagai senjata penumpas semua
kejahatan.
Selanjutnya bertepatan dengan hari ulang tahun
kelahiran Presiden Soekarno tanggal 6 Juni 1962 dibentuklah kesatuan
khusus Resimen Tjakrabirawa dengan Surat Keputusan Nomor 211/PLT/1962.
Resimen Tjakrabirawa dibentuk dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan
pengamanan. Pada awalnya resimen Tjakrabirawa hanya terdiri dari
Detasemen Kawal Pribadi (DKP), yang saat itu dibawah pimpinan Komisaris
Besar Polisi Mangil Martowidjoyo, menjadi satuan yang anggotanya dipilih
dari anggota – anggota terbaik dari empat angkatan yaitu, Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian yang masing – masing
angkatan terdiri dari satu batalyon. Resimen Tjakrabirawa pada saat itu
dipimpin oleh Komandan Brigadir Jenderal Moh. Sabur dengan wakilnya
yakni, Kolonel Cpm Maulwi Saelan.
Tujuan dibentuknya Resimen Tjakrabirawa disebutkan
dalam amanat Presiden Soekarno pada upacara penganugerahan “Dhuaja”
kepada Resimen Tjakrabirawa tanggal 9 September 1963. Dengan telah
diresmikannya Resimen Tjakrabirawa oleh Presiden Soekarno, beberapa
bulan kemudian diterbitkan surat Keputusan Presiden yang bertujuan
mengatur keberadaan satuan khusus Tjakrabirawa. Diantara isi surat
Keputusan Presiden tersebut adalah sebagai berikut: :
- Surat Keputusan Presiden Nomor 262/PLT/1962 tanggal 13 Agustus 1962 yang mengatur tentang penggunaan pakaian seragam untuk Resimen Tjakrabirawa.
- Surat Keputusan Presiden Nomor 01/PLT/1963 tanggal 06 Februari 1963 yang mengatur tentang bentuk dan susunan organisasi Resimen Tjakrabirawa serta dalam lampirannya mencakup tentang organisasi dan tugas Resimen Tjakrabirawa.
Setelah tiga tahun bertugas, Tjakrabirawa sebagai
Resimen Khusus yang bertugas melakukan pengawalan dan pengamanan
terhadap diri Presiden Republik Indonesia beserta keluarganya berakhir
pada tanggal 28 Maret 1966. Kesatuan ini dilikuidasi berdasarkan surat
perintah Menteri Panglima Angkatan Darat nomor Sprint/75/III/1966 karena
proses pekembangan
3.Satgas Pomad
Sekitar
akhir tahun 1965, keadaan politik di Indonesia sedang mengalami
pembenahan secara menyeluruh. Krisis politik terjadi dialami merupakan
akibat lebih lanjut dari meletusnya peristiwa G30S/PKI. Berdasarkan
Surat Perintah Menteri Panglima Angkatan Darat Nomor PRIN.75/III/1966
tanggal 23 Maret 1966, yang berisi tentang perintah kepada Direktur
Polisi Militer Angkatan Darat (Brigjen TNI Sudirgo), maka
dilaksanakannyalah serah terima penugasan dari Resimen Tjakrabirawa
kepada Polis Militer Angkatan Darat. Tidak lebih dari tiga hari setelah
serah terima pelaksanaan tugas pengawalan terhadap Kepala Negara
berlangsung, Direktur Polisi Militer dengan serta merta mengeluarkan
Surat Keputusan dengan Nomor : Kep-011/AIII/1966 tanggal 25 Maret 1966
yang berisi tentang pembentukan Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan
Darat (Satgas POMAD) yang menunjuk Letkol Cpm Norman Sasono sebagai
Komandan Satgas Pomad Para.
Satgas
Pomad Para yang berkedudukan dibawah Direktorat Polisi Militer terdiri
dari Batalyon Pomad Para sebagai inti, dibantu Denkav Serbu, Denzipur
dan Korps Musikdari Kodam V Jakarta Raya, Batalyon II PGT (Pasukan Gerak
Tjepat) Angkatan Udara, Batalyon Brimob Polisi Negara, serta batalyon
Infanteri 531/Para Raiders yang kemudian diganti oleh Batalyon Infanteri
519/Raider Para, yang keduanya berasal dari Kodam VIII Brawijaya.
Dengan tugas mengawal Kepala Negara RI dan Istana
Negara, serta melaksanakan tugas – tugas protokoler kenegaraan, Satgas
Pomad Para berkedudukan dibawah Direktorat Polisi Militer yang terdiri
dari dua Batalyon Pomad, satu Batalyon Infanteri Para Raider, serta satu
Detasemen Kaveleri Panser.
Batalyon I Pomad Para berkedudukan di Jalan Tanah
Abang II Jakarta Pusat yang dulunya digunakan sebagai Markas serta
Asrama Resimen Tjakrabirawa. Tugas pokok Batalyon I Pomad Para yakni,
Melaksanakan pengawalan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya,
serta Tamu Asing setingkat Kepala Negara, melaksankan pengawalan Istana
Merdeka Utara, Istana Merdeka Selatan serta kediaman resmi Presiden dan
Wakil Presiden.
Untuk Batalyon II Pomad Para berkedudukan di Ciluer –
Bogor yang sebelumnya digunakan sebagai asrama Batalyon I Pomad Para.
Tugas Batalyon II Pomad Para yang berkedudukan di Ciluer, bertugas
melaksanakan pengawalan Istana Bogor, Istana Cipanas, serta membantu
Batalyon I Pomad Para dalam melaksanakan tugas pokoknya. Batalyon
Kaveleri Serbu Kodam V Jaya tetap di BP kan ke Satgas Pomad, sedangkan
Batalyon 531/Para Raiders selanjutnya ditarik kembali ke Kodam Brawijaya
untuk bertugas dilingkungan angkatan Darat.
Sesuai dengan perkembangan organisasi dilingkungan
TNI-AD, Batalyon II Pomad akhirnya dilikuidasi. Kemudian pada tanggal 10
Juni 1967 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat
(Jenderal TNI Soeharto) dengan Nomor : KEP-681/VI/1967, berisi tentang
penetapan pembebasan Direktur Polisi Militer Angkatan Darat dari tugas
pengkomandoan terhadap Satgas Pomad. Untuk pembinaan selanjutnya
kesatuan khusus tersebut ditetapkan secara langsung berada di bawah
kendali Menteri /Panglima Angkatan Darat.
4. Paswalpres
Presiden
RI Jenderal TNI Soeharto selaku Panglima tertinggi ABRI sejak awal
tahun 1970 turun langsung membenahi organisasi ABRI hingga tertata dan
terintegrasi di bawah satu komando Panglima ABRI. Satgas Pomad Para yang
saat itu di bawah kendali Markas Besar ABRI pun ikut dibenahi dengan
dikeluarkannya Surat Perintah Menhankam Pangab Nomor Sprin/54/I/1976
tanggal 13 Januari 1976 . Surat perintah tersebut berisi pokok – pokok
organisasi dan prosedur Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES). Melalui
surat perintah tersebut ditentukan tugas pokok Paswalpres yaitu,
Menyelenggarakan pengamanan fisik secara langsung bagi Presiden Republik
Indonesia serta menyelenggarakan juga tugas – tugas protokoler khusus
pada upacara – upacara kenegaraan.
Organisasi Paswalpres diatur secara rinci dalam surat
perintah Menhankam Pangab Nomor Sprin/54/I/1976, yang terdiri dari
beberapa unsur, antara lain :
- Unsur Pimpinan
- Unsur Pembantu Pimpinan
- Unsur Pelayan
- Staf Unsur Pelaksanan, yang terdiri dari :
- Detasemen Pengamanan Khusus
(Denpamsus) yang bertugas sehari – hari melakukan pengamanan fisik
secara langsung terhadap Presiden dan Wakil Presiden beserta
keluarganya. Detasemen Pengamanan Khusus terdiri dari :
1) Kelompok Komando (Pokko)
2) Kompi Kawal Pribadi (Ki Walpri)
3) Kompi Pengamanan Khusus (Ki Pam Sus)
4) Peleton Penyingkiran (Ton Kiran) - Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan (Yonwalprotneg) diaman Yonwalprotneg adalah satuan Polisi Militer yang langsung di Bawah Perintahkan kepada Paswalpres.
5. Paspampres
Berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Kep
/02/II/1988 tanggal 16 Februari 1988, maka ditetapkan bahwa Paswalpres
masuk dalam struktur organisasi Bais TNI. Dalam perkembangan selanjutnya
mengingat kata pengamanan dinilai lebih tepat digunakan daripada
pengawalan, dikarenakan mengandung makna yang menitikberatkan kepada
keselamatan obyek yang harus diamankan. Sesuai dengan tuntutan tugas
sebagai Pasukan Pengawal Presiden nama satuan Paswalpres diubah menjadi
PASPAMPRES (Pasukan Pengamanan Presiden)
Berdasarkan keputusan Pangab Nomor Kep /04/VI/1993
tanggal 17 Juni 1993 Paspampres tidak lagi dibawah Badan Intelejen ABRI,
akan tetapi dibawah Pangab dengan tugas pokok melaksanakan pengamanan
fisik langsung jarak dekat terhadap Presiden, Wakil Presiden Republik
Indonesia serta Tamu Negara setingkat Kepala Negara, Kepala Pemerintahan
dan keluarganya termasuk undangan pribadi serta tugas Protokoler khusus
pada upacara Kenegaraan yang dilakukan baik dilingkungan Istana
Kepresidenan maupun diluar.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Panglima TNI Nomor
Perpang/5/I/2010 tanggal 20 Januari 2010, organisasi Paspampres
disempurnakan dengan komposisi sebagai berikut :
- Unsur Pimpinan Komandan dan Wakil Komandan.
- Unsur Pembantu Pimpinan terdiri dari Inspektorat, Staf Perencanaan, Staf Intelejen , Staf Operasi, Staf Personel dan Staf Logistik.
- Unsur pelayanan tediri dari Pekas , Sekretariat dan Detasemen Markas.
- Unsur Badan pelaksana terdiri dari Densi, Denkomlek, Denkes, Denpal, Denbekang dan Pusdalops.
- Unsur pelaksana terdiri dari :
- Grup A, berkekuatan 4 detasemen, melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap Presiden RI beserta keluarganya.
- Grup B, berkekuatan 4 detasemen, melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap Wakil Presiden RI beserta keluarganya.
- Grup C, berkekuatan 2 detasemen melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap tamu negara dan keluarganya, serta 1 detasemen latihan bertugas melatih dan membina kemampuan personel Paspampres.
- Batalyon Pengawal dan Protokoler Kenegaraan.
- Skuadron Kavaleri Panser.
- Detasemen Musik (Densik).
Demikian kilas sejarah singkat Pasukan
Pengamanan Presiden dengan berbagai peristiwa, kemajuan dan
perkembangannya yang tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah
Indonesia. Dari kilasan sejarah di atas, maka didapati bahwa Paspampres
tidaklah muncul dengan serta merta, melainkan terpengaruh oleh proses
sejarah. Paspampres merupakan entitas yang terus mengadaptasi
perkembangan situasi lokal serta global, dan terus mengalami perbaikan
dari waktu ke waktu.
sumber : www.paspampres.mil.id
Labels:
MILITER
Thursday, 14 March 2013
Al-Qur'an Raksasa
Pekalongan– Kitab suci Alquran pada umumnya dibaca
dan dibuka halaman perhalaman cukup dengan satu orang. Di kota
Pekalongan Jawa Tengah, terdapat sebuah kitab suci Alquran berukuran
besar yang memerlukan tiga orang untuk membukanya.
Kitab suci
berukuran raksasa ini, berada di masjid tertua di Pekalongan, yang
bernama Masjid Sapuro, yang letaknya tepat di wilayah Karisidenan
Pekalongan, Jawa Tengah.Alquran raksasa ini terbuat dari bahan baku kain kanvas dan triplek tebal, dengan menggunakan kayu kalimantan dan mori Amerika, dengan ukuran mencapai 235 centimeter dengan lebar 2 meter. Alquran ini berisi khusus juz 30 dan ditambah surat Al-Fatihah.
Menurut Kiai Dananir, atau imam Masjid Sapuro, Alquran raksasa tersebut telah ada di masjid tertua di Pekalongan, sejak tahun 1970-an.
Sejarahnya, pada tahun 1970-an, seorang komisaris polisi dari Pekalongan, yakni Moch Aswantary dari Polwil Pekalongan menghibahkan sebuah Alquran yang berukuran besar, alasannya untuk melengkapi keunikan masjid tertua di Kota Pekalongan.
“Alquran ini pernah diarak keliling Kota Pekalongan di tahun 1970-an. Selain itu Alquran ini juga pernah dibawa ke Semarang pada saat gelaran MTQ ke-11 tahun 1979,” kata Kiai Danair.
Karena Alquran yang berukuran raksasa hanya dapat ditemui di Pekalongan, maka menurut kiai Dananir, Alquran yang ada di Masjid Sapuro itu merupakan salah satu Alquran terbesar di Indonesia.
Lalu bagaimana melakukan perawatan agar Alquran itu tetap utuh dan tidak rusak, Kiai Danari merawatnya dengan cara membersihkan setiap hari, dijaga dari kelembaban air yang dapat membuat lembara Alquran rusak. “Jadi tidak mengalami kesulitan yang berarti, mudah saja asal telaten,” ujarnya.
Hingga kini, seperti dilansir vivanews.com, Sabtu (21/8), Alquran masih tersimpan dengan rapih di dalam ruangan masjid tertua yang dijaga betul dari tangan-tangan usil.
Sementara tempat dimana Alquran itu disimpan di Masjid Sapuro yang merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia, letaknya tepat di wilayah Karisidenan Pekalongan. Bahkan umurnya mencapai ratusan tahun, yang kini masih dijaga keasliannya.
Masjid yang berdiri sejak tahun 1714 ini, berada di tengah-tengah komplek pemakaman Sapuro, Pekalongan Jawa Tengah. Selain berumur tua, masjid ini juga memiliki ornamen-ornamen ukiran yang unik dan kokoh.
Masjid yang tiang penyangganya berasal dari sisa pembangunan Masjid Demak itu memiliki tiga prasasti yang menunjukan tahun pembangunan dan perbaikan masjid.
sumber : www.solopos.com
Ayam "Cewek"
Foto ini diambil di salah satu desa yang berlokasi di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Ayam ini tampak tenang, berada di atas jaga nantang sebutan untuk tumbuhan yang biasaa tumbuh di pinggir rumah dan berfungsi sebagai pagar rumah.
Wednesday, 13 March 2013
Rahasia Bismillah
Biasanya, segala macam laku rutinitas dikerjakan tanpa pikirpanjang.
Misalkan mandi, makan, minum, bersepatu, memakai baju membuka laptop,
ketik sms dan lainsebagainya. Rutinitas itu seolah menutupi subtansi
pekerjaan itu sendiri.
Hampir-hampir orang tidak sadar untuk apa ia minum, padahal dia tidak terlalu haus. Bahkan bisa jadi seseorang minum begitu saja tanpa berpikir bagaimana jikalau tenggorokan ini mengalami kemacetan, tidak mau menelan air. Begitu pula dengan bersepatu, asalkan kaki masuk kemudian jalan. Jarang sekali orang berpikir bagaimana nasib kaki jika di dalam sepatu ada kalajengking? Begitulah segalanya terjadi berulang kali dalam kehidupan ini seperti layaknya mesin pabrikan.
Belum lagi jika rutinitas itu adalah berbelanja yang telah menjadi kelatahan, sehingga begitu seringnya seseorang tidak pernah berpikir panjang untuk apa ia membeli A atau B. Asalkan ia suka, barang itu harus dibelinya. Walaupun ia telah memiliki.
Demikian itu seharusnya tidaklah boleh terjadi berlarut-larut. Bagi seorang muslim yang sadar dan beriman kepada Allah swt, hendaknya hati selalu ingat kepada-Nya dalam berbagai tindak-laku keseharian. Karena hidup ini hanya bergantung kepada-Nya. Bukankah jika Dia berkehendak, bisa saja udara di dunia ini dikosongkan untuk beberapa menit saja. Bayangkan apa yang terjadi dengan nasib manusia?
Untuk itulah Rasulullah saw menghimabu umatnya untuk memulai segala sesuatu dengan bacaan bismillah. Karena sesungguhynya hal itu dapat menyadarkan manusia dari tindakan rutinitasnya dan kembali berpikir dengan penuh kesadaran.
Dari keterangan Rasulullah saw di atas, maka secara otomatis bacaan bismillah dapat menggeser posisi tindakan rutinitas menjadi sebuah laku ibadah yang penuh makna. Sebagaimana kita menjalankan berbagai syariatnya.
Bahkan tidak hanya itu saja, jiakalau kita mau mendalami beberapa hadits lain bisa jadi laku rutinitas yang telah bergeser menjadi laku ibadah karena didahului dengan bismillah berubah menjadi sumber kebajikan dan kebijakan.
Jikalau sudah demikian, maka apa yang keluar dari seorang yang membaca bismillah tidak lain hanyalah berbagai kebaikan yang sekaligus menganulir berbagai tindak keburukan. Bahkan dalam salah satu haditsnya dengan tegas Rasulullah saw berkata
Itulah beberapa alasan pentingnya mengucap bismillah. Sebagaimana Rasulullah saw menggambarkan posisi bismillah dalam rentetan keistimewaan yang lain, Rasulullah saw berkata “Allah menghiasi langit dengn bintang-gemintang, menghiasi malaikat dengan jibril, menghiasi surge dengan bidadari, menghiasi para nabi dengan Muhammad saw, menghiasi hari dengan Jum’at, menghiasi malam dengan laylatul qadar, menghiasi bulan dengan Ramadhan, menghiasi masjid dengan ka’bah, menghisi mushaf dengan al-Qur’an, dan menghiasi al-qur’an dengan bismillah”.
sumber : www.nu.or.id
Hampir-hampir orang tidak sadar untuk apa ia minum, padahal dia tidak terlalu haus. Bahkan bisa jadi seseorang minum begitu saja tanpa berpikir bagaimana jikalau tenggorokan ini mengalami kemacetan, tidak mau menelan air. Begitu pula dengan bersepatu, asalkan kaki masuk kemudian jalan. Jarang sekali orang berpikir bagaimana nasib kaki jika di dalam sepatu ada kalajengking? Begitulah segalanya terjadi berulang kali dalam kehidupan ini seperti layaknya mesin pabrikan.
Belum lagi jika rutinitas itu adalah berbelanja yang telah menjadi kelatahan, sehingga begitu seringnya seseorang tidak pernah berpikir panjang untuk apa ia membeli A atau B. Asalkan ia suka, barang itu harus dibelinya. Walaupun ia telah memiliki.
Demikian itu seharusnya tidaklah boleh terjadi berlarut-larut. Bagi seorang muslim yang sadar dan beriman kepada Allah swt, hendaknya hati selalu ingat kepada-Nya dalam berbagai tindak-laku keseharian. Karena hidup ini hanya bergantung kepada-Nya. Bukankah jika Dia berkehendak, bisa saja udara di dunia ini dikosongkan untuk beberapa menit saja. Bayangkan apa yang terjadi dengan nasib manusia?
Untuk itulah Rasulullah saw menghimabu umatnya untuk memulai segala sesuatu dengan bacaan bismillah. Karena sesungguhynya hal itu dapat menyadarkan manusia dari tindakan rutinitasnya dan kembali berpikir dengan penuh kesadaran.
كل أمر ذي بال لا يُبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع
Setiap perkara baik yang tidak didahului dengan bismillahirrahmanirrahim, perkara itu terpotong (percuma atau tidak dianggap ibadah)Dari keterangan Rasulullah saw di atas, maka secara otomatis bacaan bismillah dapat menggeser posisi tindakan rutinitas menjadi sebuah laku ibadah yang penuh makna. Sebagaimana kita menjalankan berbagai syariatnya.
Bahkan tidak hanya itu saja, jiakalau kita mau mendalami beberapa hadits lain bisa jadi laku rutinitas yang telah bergeser menjadi laku ibadah karena didahului dengan bismillah berubah menjadi sumber kebajikan dan kebijakan.
مامن عبد يقول بسم الله الرحمن الرحيم إلا أمر الله تعالى الكرام الكاتبين أن يكتبوا فى ديوانه أربعمائة حسنة
Tidaklah seorang yang membaca bismillahirrahmanirrahim kecuali Allah akan utus kepadanya seorang (malaikat pencatat) menuliskan 400 kebaikan untuknya.Jikalau sudah demikian, maka apa yang keluar dari seorang yang membaca bismillah tidak lain hanyalah berbagai kebaikan yang sekaligus menganulir berbagai tindak keburukan. Bahkan dalam salah satu haditsnya dengan tegas Rasulullah saw berkata
مامن عبد يقول بسم الله الرحمن الرحيم إلا ذاب الشيطان كما يذوب الرصاص على النار
Tidaklah seorang hamba membaca bismillahirrahmanirrahim kecuali ia akan mematri setan-setan seperti halnya tenol yang terpatri oleh soldir.Itulah beberapa alasan pentingnya mengucap bismillah. Sebagaimana Rasulullah saw menggambarkan posisi bismillah dalam rentetan keistimewaan yang lain, Rasulullah saw berkata “Allah menghiasi langit dengn bintang-gemintang, menghiasi malaikat dengan jibril, menghiasi surge dengan bidadari, menghiasi para nabi dengan Muhammad saw, menghiasi hari dengan Jum’at, menghiasi malam dengan laylatul qadar, menghiasi bulan dengan Ramadhan, menghiasi masjid dengan ka’bah, menghisi mushaf dengan al-Qur’an, dan menghiasi al-qur’an dengan bismillah”.
sumber : www.nu.or.id
Sunday, 10 March 2013
Perlawanan Imam Nawawi kepada Pemerintah
Di zaman Yahya bin Syaraf An-Nawawi hidup, atau sekitar abad ke-7 H,
sebuah kebijakan kontroversial pernah dikeluarkan oleh rezim kekuasaan.
Negara hendak memungut paksa iuran wajib dari rakyat demi jalannya
aktivitas pemerintahan.
Sebagai ulama yang diikuti banyak orang, Imam Nawawi mendapat panggilan Raja azh-Zahir Berbis, pemimpin saat itu.
“Tandatanganilah fatwa ini!” perintah Raja kepada Imam Nawawi dengan nada meremehkan.
Imam Nawawi sudah paham, rakyat sedang dicekam kesusahan. Kemiskinan meruyak dan kelaparan di mana-mana. Anehnya, para pejabat dan keluarganya justru hidup mewah, sarat fasilitas, serta gemar berfoya-foya.
“Tidak!” tegasnya.
“Apa alasannya?” sang raja tampak murka.
”Fatwa ini mendukung kezaliman.”
Kemarahan Raja Berbis memuncak. Sambil menoleh ke para pejabat di sekelilingnya, ia berteriak, ”Pecat dia dari semua jabatannya!”
Namun, sang raja terpaksa gigit jari karena ulama sederhana penghasil puluhan karya besar itu ternyata tak memiliki jabatan apapun.
”Kenapa Raja tak memberi hukuman mati saja?” usul salah satu pejabat.
“Demi Allah, aku sangat segan padanya.”
Imam Nawawi termasuk ulama yang berpendirian kuat. Di hadapan penindasan, perlawanannya keras dan berani meski risiko berat akan menghampirinya. Agama memang terlalu suci untuk dijual dengan kepentingan politik, apalagi yang tak berpihak pada rakyat.
sumber : www.nu.or.id
Sebagai ulama yang diikuti banyak orang, Imam Nawawi mendapat panggilan Raja azh-Zahir Berbis, pemimpin saat itu.
“Tandatanganilah fatwa ini!” perintah Raja kepada Imam Nawawi dengan nada meremehkan.
Imam Nawawi sudah paham, rakyat sedang dicekam kesusahan. Kemiskinan meruyak dan kelaparan di mana-mana. Anehnya, para pejabat dan keluarganya justru hidup mewah, sarat fasilitas, serta gemar berfoya-foya.
“Tidak!” tegasnya.
“Apa alasannya?” sang raja tampak murka.
”Fatwa ini mendukung kezaliman.”
Kemarahan Raja Berbis memuncak. Sambil menoleh ke para pejabat di sekelilingnya, ia berteriak, ”Pecat dia dari semua jabatannya!”
Namun, sang raja terpaksa gigit jari karena ulama sederhana penghasil puluhan karya besar itu ternyata tak memiliki jabatan apapun.
”Kenapa Raja tak memberi hukuman mati saja?” usul salah satu pejabat.
“Demi Allah, aku sangat segan padanya.”
Imam Nawawi termasuk ulama yang berpendirian kuat. Di hadapan penindasan, perlawanannya keras dan berani meski risiko berat akan menghampirinya. Agama memang terlalu suci untuk dijual dengan kepentingan politik, apalagi yang tak berpihak pada rakyat.
sumber : www.nu.or.id
Friday, 8 March 2013
Situs Pemerintah Dipermak Jadi Sarang Malware
Jakarta - Dalam periode Februari-Maret 2013, tercatat
ada sedikitnya 22 situs Indonesia yang dipermak menjadi media penyebar
malware. Ironisnya, sebagian besar situs tersebut adalah milik
pemerintah.
Jika merujuk pada data yang diterima detikINET dari Vaksincom, Jumat (8/3/2013), dari 22 situs yang berhasil dideteksi memiliki malware, 27% di antaranya adalah milik pemerintah, 17% milik perusahaan dan 19% lainnya terbagi antara komunitas, media online, dan satu situs multi level marketing.
Program jahat yang menginfeksi situs tersebut pada umumnya adalah malware jenis trojan Java Script, Framer, redirector, serta satu malware yang juga aktif di jaringan PC dan termasuk malware yang paling berbahaya adalah Ramnit.
Rammnit sendiri merupakan salah satu virus yang paling cepat menyebar. Karena sudah menyusup ke sejumlah situs pemerintah, hal ini dikhawatirkan dapat menyebar ke sekolah-sekolah atau komputer pelajar yang ingin mengakses buku sekolah online di situs tersebut.
Selain di sektor pendidikan, malware juga mengendap di sejumlah situs di bawah Kementrian Kesehatan, yakni situs Dinas Kesehatan Probolinggo yang terdeteksi mengandung malware Elderado. Menurut catatan Microsoft Malware Protection Center, malware ini memiliki hubungan dengan Sality, salah satu virus yang berbahaya.
Selain di Purbolinggo, situs pemerintah Bangka Belitung juga menjadi korban Elderado. Nasib yang agak berbeda dialami oleh NTB di mana yang menjadi korban adalah situs penegak hukumnya terinjeksi Javascript/iFrame.
Selain pemerintah malware ganas itu juga banyak menyerang situs bisnis dan lainnya, hanya saja beberapa web administrator situs tersebut dengan sigap 'mengusir' program jahat itu.
Berikut adalah daftar 22 situs yang menurut Vaksincom mengandung malware:
sumber : inet.detik.com tanggal 8 Maret 2013
Jika merujuk pada data yang diterima detikINET dari Vaksincom, Jumat (8/3/2013), dari 22 situs yang berhasil dideteksi memiliki malware, 27% di antaranya adalah milik pemerintah, 17% milik perusahaan dan 19% lainnya terbagi antara komunitas, media online, dan satu situs multi level marketing.
Program jahat yang menginfeksi situs tersebut pada umumnya adalah malware jenis trojan Java Script, Framer, redirector, serta satu malware yang juga aktif di jaringan PC dan termasuk malware yang paling berbahaya adalah Ramnit.
Rammnit sendiri merupakan salah satu virus yang paling cepat menyebar. Karena sudah menyusup ke sejumlah situs pemerintah, hal ini dikhawatirkan dapat menyebar ke sekolah-sekolah atau komputer pelajar yang ingin mengakses buku sekolah online di situs tersebut.
Selain di sektor pendidikan, malware juga mengendap di sejumlah situs di bawah Kementrian Kesehatan, yakni situs Dinas Kesehatan Probolinggo yang terdeteksi mengandung malware Elderado. Menurut catatan Microsoft Malware Protection Center, malware ini memiliki hubungan dengan Sality, salah satu virus yang berbahaya.
Selain di Purbolinggo, situs pemerintah Bangka Belitung juga menjadi korban Elderado. Nasib yang agak berbeda dialami oleh NTB di mana yang menjadi korban adalah situs penegak hukumnya terinjeksi Javascript/iFrame.
Selain pemerintah malware ganas itu juga banyak menyerang situs bisnis dan lainnya, hanya saja beberapa web administrator situs tersebut dengan sigap 'mengusir' program jahat itu.
Berikut adalah daftar 22 situs yang menurut Vaksincom mengandung malware:
sumber : inet.detik.com tanggal 8 Maret 2013
Kesaksian Sunita Williams Mekah dan Madinah Tampak Terang Dari Luar Angkasa
Ketika bagian bumi lainnya nampak gelap, ternyata ada sebagian kecil
bumi yang nampak terang yaitu Mekah dan Madinah. Sunita William, seorang
astronaut pertama India yang pada tanggal 2 Juli 2007 berada di angkasa
luar, mengatakan bahwa dari atas seluruh permukaan bumi diselimuti
kegelapan, namun betapa terkejutnya ketika dengan bantuan teleskop ada 2
tempat yang sangat berbeda, yaitu Mekah dan Madinah. Kedua tempat itu
nampak terang dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya dibelahan bumi.
Masa Allah, Allah Maha Besar.
Selain itu, fenomena lain yang ditangkapnya adalah ketika gelombang suara dari bumi tidak mampu merambah luar angkasa, dia ternyata bisa menangkap suara Adzan. Apakah ini suatu keanehan, atau merupakan suatu jalan dari Allah untuk menunjukkan sisi-sisi kebenaran kepada sang Astronout?. Dikhabarkan setelah peristiwa ini, Sunita Williams secara spontan memeluk agama Islam. Allahu Akbar, bila khabar ini adalah suatu kebenaran.
Sunita Williams sendiri adalah seorang astronot kelahiran Ohio tanggal 19 September 1965 dari orang tua berketurunan India-Slovenia. Menikah dengan Michael J. William, seorang Polisi Federal di Oregon, USA. Sebagai astronot pertama India, dia memegang rekor perjalanan luar angkasa untuk wanita : berada diluar angkasa terlama (195 hari), dan berjalan diluar angkasa (29 jam, 17 menit). Kapan wanita Indonesia bisa seperti ini?.
sumber : http://www.wartaviva.com
Selain itu, fenomena lain yang ditangkapnya adalah ketika gelombang suara dari bumi tidak mampu merambah luar angkasa, dia ternyata bisa menangkap suara Adzan. Apakah ini suatu keanehan, atau merupakan suatu jalan dari Allah untuk menunjukkan sisi-sisi kebenaran kepada sang Astronout?. Dikhabarkan setelah peristiwa ini, Sunita Williams secara spontan memeluk agama Islam. Allahu Akbar, bila khabar ini adalah suatu kebenaran.
Sunita Williams sendiri adalah seorang astronot kelahiran Ohio tanggal 19 September 1965 dari orang tua berketurunan India-Slovenia. Menikah dengan Michael J. William, seorang Polisi Federal di Oregon, USA. Sebagai astronot pertama India, dia memegang rekor perjalanan luar angkasa untuk wanita : berada diluar angkasa terlama (195 hari), dan berjalan diluar angkasa (29 jam, 17 menit). Kapan wanita Indonesia bisa seperti ini?.
sumber : http://www.wartaviva.com
Thursday, 7 March 2013
Info Lowongan Kerja Bank Syariah Sragen
Loker Terbaru Bank 2013 Marketing Bank Syariah Sragen
Bank Syariah Sragen - Sragen Islamic Bank telah beroperasi sejak 2 Juni 2008 dengan Badan Hukum Perusahaan (Peraturan Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Usaha Syariah Bank Perkreditan Rakyat (PD. BPRS) Sragen tanggal 15 Agustus 2007 dan Gubernur Bank. Indonesia Nomor: 10/36/KEP .GBI/DGS/2008 tentang PD.BPRS Izin pemberian Sragen tanggal 28 Mei 2008, namun sejak 2 November 2009 Badan Hukum bentuk dan nama diubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Terbatas (PT.BPRS)
Marketing
Jawa Tengah
Requirements:
Pendidikan minimal D3, diprioritaskan berpengalaman
Pria / wanita, usia maks 30 tahun
Sanggup menerima tantangan dan target
Relasi luas, Bahasa Inggris min pasif dan menguasai komputer
Berpenampilan menarik dan komunikatif
Berkas lamaran diantar langsung dan menemui :
BAGIAN HRD
PT. BPRS SUKOWATI SRAGEN
Jl. Raya Sukowati 348 Sragen - Jawa Tengah
Close date : 4 April 2013
sumber : klik aja
Bank Syariah Sragen - Sragen Islamic Bank telah beroperasi sejak 2 Juni 2008 dengan Badan Hukum Perusahaan (Peraturan Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Usaha Syariah Bank Perkreditan Rakyat (PD. BPRS) Sragen tanggal 15 Agustus 2007 dan Gubernur Bank. Indonesia Nomor: 10/36/KEP .GBI/DGS/2008 tentang PD.BPRS Izin pemberian Sragen tanggal 28 Mei 2008, namun sejak 2 November 2009 Badan Hukum bentuk dan nama diubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Terbatas (PT.BPRS)
Marketing
Jawa Tengah
Requirements:
Pendidikan minimal D3, diprioritaskan berpengalaman
Pria / wanita, usia maks 30 tahun
Sanggup menerima tantangan dan target
Relasi luas, Bahasa Inggris min pasif dan menguasai komputer
Berpenampilan menarik dan komunikatif
Berkas lamaran diantar langsung dan menemui :
BAGIAN HRD
PT. BPRS SUKOWATI SRAGEN
Jl. Raya Sukowati 348 Sragen - Jawa Tengah
Close date : 4 April 2013
sumber : klik aja
Wednesday, 6 March 2013
Makna Aswaja Menurut Ulama Sunda
Di pegunungan selatan Garut nan dingin, tepatnya di kampung
Cisurupan, ada seorang ulama yang produktif menulis kitab. KH Muhammad
Nuh Addawami, demikian nama ulama tersebut.
Wajahnya yang sudah berkerut dan kulitnya yang sawo agak kehitam-hitaman, memberi karakter tersendiri pada ulama yang akrab dipanggil “Akang” tersebut. Sudah lebih dari 50 kitab ia tulis, dengan bahasa Sunda, Indonesia, dan bahasa Arab. Bentuk tulisannya macam-macam, ada yang berupa syi’iran, prosa, dan lain-lain.
Nah, pada tulisan pendek ini, saya ingin mengabarkan salah satu karyanya, “Karakteristik Ahlussunnah wal-Jam’ah”. Demikian judulnya.
Tak begitu tebal kitab tersebut, hanya 88 halaman. Cetakannya pun sederhana, fotokopian; bukan seperti kitab-kitab ulama Timur Tengah yang dijilid kuat dan pakai kertas mewah! Namun, saya terpesona dengan karya pendiri pesantren Nurul Huda tersebut.
Dalam buku tersebut, tertera tanggal selesai penulisan, 27 Jumadi Tsani 1429. Saya tidak tahu, almanak Masehinya tanggal berapa. Dalam kitab tersebut, ia menulis tentang karakteristik dan ciri-ciri Aswaja, yang saya belum baca di kitab-kitab. Maklum saya belum pernah ke mana-mana. Saya hanya tinggal di pedesaan Garut, yang namanya tercoreng oleh bupatinya sendiri, Aceng Fikri.
Pertama-tama, Akang menjelaskan arti Aswaja menurut beberapa istilah. Kemudian melanjutkan pada ciri-ciri dan karakteristik Aswaja.
Dalam buku tersebut dijelaskan, bahwa Aswaja pada prinsipnya adalah orang-orang yang menerima risalah Rasulullah SAW dengan baik dan benar, secara kaffah, menyeluruh; bukan hanya di bidang aqidah atau teologi saja seperti pendapat sebahagiaan orang.
Menurut Akang Nuh, untuk zaman sekarang ini akan sulit sekali menerima risalah Rasul, karena zamannya berbeda. Dulu, apabila datang suatu masalah, mereka bisa bertanya langsung kepada Junjungannya. Ini fasilitas para sahabat Rasul, yang kita tidak pernah dapat. Sedangkan zaman sekarang, orang-orang yang menerima risalah itu haruslah cerdas dan harus memahami “sendiri” Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Menurutnya, karakteristik dari penerima risalah Rasul atau Aswaja yang paling esensil adalah “at-tawasuth”, yakni tengah-tengah. Orangnya disebut “mutawasith”, penengah.
Seorang mutawasith, penengah, wajib kiranya menyimpan enam prinsip ini, ar-ri’ayah (kepemimpinan), dzulhimmatil’aliyah (idealistis), al-mujahadah (patriotis), riyadlotunnafsi (melatih jiwa dengan latihan), al-akhlakul karimah (akhlah luhur), hubbul’isyatil akhiroh (lebih mencintai kehidupan akhirat).
Keenam prinsip tersebut dijelaskan dengan singkat dan jelas oleh Akang. Ia menjelaskan satu per satu sehingga para pembaca bisa dengan baik dan mengerti ketika membacanya. Selain itu, ia juga menyertakan dalil-dalil seperti hadits dan ayat-ayat Al-Quran sebagai penguat, sehingga para pembaca tidak ragu lagi karena ada dalil yang memperkuatnya.
Namun, bagi sebagian pembaca, khususnya orang yang tidak pernah nyantri, akan sulit membaca karya ini. Sebab, Akang menulisnya dengan menggunakan huruf Pego, meski bahasa yang dipakai bahasa Indonesia.
Menurut saya, si Akang ini sangatlah mencintai Aswaja, dan NU! (Pembaca yang budiman, maaf pakai tanda seru. Tanda seru di sini penting sekali).
Bagaimana tidak, jika mengobrol di manapun, ceramah acara apapun, ia pasti menyebut Aswaja dan NU. Inilah sebabnya, teman-teman santri sering menulis namanya dengan “NU-h”, dengan “N” dan “U” kapital, tapi dengan “H” kecil, dan diantaranya ada “-“ karena jika ngobrol. Betul kan tanda seru di atas penting?
Tapi lebih penting lagi, amat sangat sungguh penting, enam prinsip Aswaja menurut ulama Sunda tersebut, kita taruh dengan baik di hati, agar menjadi pengingat dan menemani tingkah pola kita sehari-hari. “Al-ilmu fis sudur, laysa fis suthur. Ilmu itu di dada, bukan pada kertas.” Bukankah begitu ujar ulama kita terdahulu?
sumber : www.nu.or.id
Wajahnya yang sudah berkerut dan kulitnya yang sawo agak kehitam-hitaman, memberi karakter tersendiri pada ulama yang akrab dipanggil “Akang” tersebut. Sudah lebih dari 50 kitab ia tulis, dengan bahasa Sunda, Indonesia, dan bahasa Arab. Bentuk tulisannya macam-macam, ada yang berupa syi’iran, prosa, dan lain-lain.
Nah, pada tulisan pendek ini, saya ingin mengabarkan salah satu karyanya, “Karakteristik Ahlussunnah wal-Jam’ah”. Demikian judulnya.
Tak begitu tebal kitab tersebut, hanya 88 halaman. Cetakannya pun sederhana, fotokopian; bukan seperti kitab-kitab ulama Timur Tengah yang dijilid kuat dan pakai kertas mewah! Namun, saya terpesona dengan karya pendiri pesantren Nurul Huda tersebut.
Dalam buku tersebut, tertera tanggal selesai penulisan, 27 Jumadi Tsani 1429. Saya tidak tahu, almanak Masehinya tanggal berapa. Dalam kitab tersebut, ia menulis tentang karakteristik dan ciri-ciri Aswaja, yang saya belum baca di kitab-kitab. Maklum saya belum pernah ke mana-mana. Saya hanya tinggal di pedesaan Garut, yang namanya tercoreng oleh bupatinya sendiri, Aceng Fikri.
Pertama-tama, Akang menjelaskan arti Aswaja menurut beberapa istilah. Kemudian melanjutkan pada ciri-ciri dan karakteristik Aswaja.
Dalam buku tersebut dijelaskan, bahwa Aswaja pada prinsipnya adalah orang-orang yang menerima risalah Rasulullah SAW dengan baik dan benar, secara kaffah, menyeluruh; bukan hanya di bidang aqidah atau teologi saja seperti pendapat sebahagiaan orang.
Menurut Akang Nuh, untuk zaman sekarang ini akan sulit sekali menerima risalah Rasul, karena zamannya berbeda. Dulu, apabila datang suatu masalah, mereka bisa bertanya langsung kepada Junjungannya. Ini fasilitas para sahabat Rasul, yang kita tidak pernah dapat. Sedangkan zaman sekarang, orang-orang yang menerima risalah itu haruslah cerdas dan harus memahami “sendiri” Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Menurutnya, karakteristik dari penerima risalah Rasul atau Aswaja yang paling esensil adalah “at-tawasuth”, yakni tengah-tengah. Orangnya disebut “mutawasith”, penengah.
Seorang mutawasith, penengah, wajib kiranya menyimpan enam prinsip ini, ar-ri’ayah (kepemimpinan), dzulhimmatil’aliyah (idealistis), al-mujahadah (patriotis), riyadlotunnafsi (melatih jiwa dengan latihan), al-akhlakul karimah (akhlah luhur), hubbul’isyatil akhiroh (lebih mencintai kehidupan akhirat).
Keenam prinsip tersebut dijelaskan dengan singkat dan jelas oleh Akang. Ia menjelaskan satu per satu sehingga para pembaca bisa dengan baik dan mengerti ketika membacanya. Selain itu, ia juga menyertakan dalil-dalil seperti hadits dan ayat-ayat Al-Quran sebagai penguat, sehingga para pembaca tidak ragu lagi karena ada dalil yang memperkuatnya.
Namun, bagi sebagian pembaca, khususnya orang yang tidak pernah nyantri, akan sulit membaca karya ini. Sebab, Akang menulisnya dengan menggunakan huruf Pego, meski bahasa yang dipakai bahasa Indonesia.
Menurut saya, si Akang ini sangatlah mencintai Aswaja, dan NU! (Pembaca yang budiman, maaf pakai tanda seru. Tanda seru di sini penting sekali).
Bagaimana tidak, jika mengobrol di manapun, ceramah acara apapun, ia pasti menyebut Aswaja dan NU. Inilah sebabnya, teman-teman santri sering menulis namanya dengan “NU-h”, dengan “N” dan “U” kapital, tapi dengan “H” kecil, dan diantaranya ada “-“ karena jika ngobrol. Betul kan tanda seru di atas penting?
Tapi lebih penting lagi, amat sangat sungguh penting, enam prinsip Aswaja menurut ulama Sunda tersebut, kita taruh dengan baik di hati, agar menjadi pengingat dan menemani tingkah pola kita sehari-hari. “Al-ilmu fis sudur, laysa fis suthur. Ilmu itu di dada, bukan pada kertas.” Bukankah begitu ujar ulama kita terdahulu?
sumber : www.nu.or.id
Tuesday, 5 March 2013
Sejarah Perkembangan Islam di China
Para ahli sejarah sepakat bahwa Islam masuk ke Tiongkok (Cina) pada awal
abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), tepatnya pada tahun 618 M, yakni
pada masa pemerintahan Dinasti Tang (618-907 M). Pendapat ini menyatakan
pula bahwa Islam masuk ke Cina dibawa oleh sahabat yang bernama Sa’ad
bin Abi Waqqas dengan rombongannya yang berjumlah 15 orang. Islam masuk
ke Cina melalui dua jalur utama, jalur darat disebut dengan Jalur Sutera dan jalur laut melalui pelayaran yang disebut dengan Jalur Lada.
Sejarawan Kwantung mencatat kedatangan muslim pertama di Cina terjadi
pada permulaan pemerintahan dinasti Tang. Dalam catatan mereka
disebutkan banyaknya orang asing dari kerajaan Annam, Kamboja, Madinah
dan beberapa negara lainnya datang ke Canton. Orang-orang asing ini
menyembah langit dan tidak menyembah patung, berhala, maupun
gambar-gambar di tempat peribadatan mereka. Kerajaan Madinah terletak di
dekat India dan di kerajaan ini lahir agama orang-orang asing ini yang
berbeda dengan asal-usul agama Budha. Mereka tidak makan daging babi dan
tidak pula minum arak. Kini para pemeluk agama ini disebut Hui-Hui.
Kedatangan Islam ke Cina tercatat dalam kitab sejarah Chiu T’hang Shu yang menyebutkan bahwa Cina pernah menerima kunjungan diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab) yang diutus oleh Tan mi mo ni’ (Amirul
Mukminin), yakni Khalifah Utsman bin Affan. Utsman menugaskan Sa'ad
bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Utusan
khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti
Tang. Kaisar lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid
Memorial di Canton, masjid pertama di daratan Cina. Pada masa Dinasti
Tang, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan
budaya, sehingga dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal
masyarakat Tiongkok.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni' dan menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (Nabi Muhammad SAW).
Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar
dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah
suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah
banyak. Ketika Dinasti Song berkuasa, umat Muslim telah menguasai
industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur
jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.
sumber : http://www.tuanguru.com/2012/04/sejarah-awal-perkembangan-islam-di-cina.html
Monday, 4 March 2013
Masjid Al-Wustho Mangkunegaran Solo
]
Solo, NU Online
Nama Al-Wustho mengandung makna tertentu. Menurut Mas Ngabei (M.Ng.) H. Mu’nin Fatoni, salah seorang pengurus masjid, Al-Wustho berarti tengah, atau pertengahan.
Disebut demikian karena besarnya menempati posisi antara, berada di antara dua ukuran, alias berukuran sedang: tidak sebesar Masjid Agung di Keraton Kasunanan Surakarta (Masjid Agung atau Masjid Gede, terletak di seberang Pasar Klewer), tetapi juga tidak sekecil Masjid Kepatihan di kompleks Kepatihan.
Bangunan Al-Wustho, yang dirancang oleh Thomas Karsten dan didirikan tahun 1878-1918, walaupun tampak sebagai arsitektur bangunan Jawa, tetap saja masih terlihat banyak pengaruh gaya kolonial.
Gapura halaman masjid dibuat tahun 1917-1918, dengan dinding berhiaskan relief kaligrafi huruf Arab. Nama Al-Wustho pertama kali diperkenalkan pada 1949 oleh Penghulu Pura Mangkunegaran, Raden Tumenggung KH Imam Rosidi.
Pendirian masjid tersebut diprakarsai oleh K.G.P.A.A. Mangkunegara I di Kadipaten Mangkunegaran sebagai masjid Lambang Panatagama. Sebelumnya, masjid ini terletak di wilayah Kauman, Pasar Legi. Pemindahan ke wilayah Banjarsari dilakukan pada masa Mangkunegara II, dengan pertimbangan letak masjid yang strategis dan dekat Pura Mangkunegaran.
Pengelolaan masjid dilakukan oleh para abdi dalem Pura Mangkunegaran, sehingga status masjid merupakan Masjid Pura Mangkunegaran.
Pemugaran besar-besaran atas Masjid Mangkunegaran ini terjadi pada saat pemerintahan Mangkunegara VII. Ia menggunakan jasa seorang arsitek dari Prancis untuk mendesain bentuk masjid ini.
Luas kompleks Masjid Al-Wustho sekitar 4.200 m2, dengan batas pagar tembok keliling, yang sebagian besar muka berbentuk lengkung. Ada serambi, merupakan ruangan depan masjid dengan saka atau tiang utama sebanyak 18, yang melambangkan umur R.M. Said ketika keluar dari Keraton Kasunan Surakarta untuk dinobatkan sebagai Adipati Mangkunegara. Di serambi ini terdapat beduk yang bernama Kanjeng Kyai Danaswara. Bangunan maligen (mligi, khusus) dibangun atas prakarsa Mangkunegara V, digunakan untuk melaksanakan khitanan bagi putra kerabat Mangkunegaran.
Sejak pemerintahan Mangkunegara VII, maligen diperkenankan digunakan oleh Muhammadiyah sebagai tempat khitanan masyarakat umum. Hiasan kaligrafi Al-Quran, yang dapat disaksikan di berbagai tempat (seperti pada pintu gerbang, pada markis atau kuncungan, tiang dan maligen), menjadikan tampilan Al-Wustho cukup menarik dan menimbulkan suasana yang nyaman.
Ruang shalat utama merupakan ruang dalam dengan empat saka guru, tiang utama, dan 12 penyangga pembantu yang berhias kaligrafi Al-Quran. Pawasteren merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk tempat shalat khusus wanita.
Di depan masjid terdapat menara yang dibangun tahun 1926, pada masa Mangkunegara VII. Fungsinya, tentu saja, untuk mengumandangkan adzan agar menggema sampai kejauhan. Pada waktu itu, dibutuhkan tiga hingga empat orang muadzin untuk adzan bersama-sama dalam menara, untuk menyeru keempat arah yang berbeda.
Kegiatan ritual umat di Masjid Al-Wustho tak pernah putus. Yakni, tempat menjalankan ibadah shalat fardhu, tempat pengajian, dan juga acara-acara keagamaan lain. “Kadang juga digunakan untuk acara perkawinan atau melakukan upacara akad nikah,” ujar Mu’nin Fatoni. Masjid Al-Wustho, yang berdiri di Jalan Kartini, Surakarta, termasuk salah satu masjid yang sudah tua. “Maka tak mengherankan jika masjid tersebut sering dijadikan obyek penelitian,” ujar M. Syaiful Sahri, pengurus masjid.
Bakti Sosial
Dalam rangka memakmurkan masjid, sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, di Masjid Al-Wustho Mangkunegaran ini juga digelar berbagai kegiatan. Pada bulan Ramadhan, misalnya, ada acara berbuka dan sahur bersama, pengajian, dan tadarusan.
Acara makan sahur bersama di masjid ini juga unik. Menurut Syaiful, kegiatan itu awalnya bertujuan untuk membantu para tukang becak yang akan melakukan ibadah puasa. Pada malam hari memang sering tukang becak menginap di sana.“Karena itu, pengurus masjid berinisiatif membantu mereka dengan menyediakan hidangan untuk sahur bersama,” ujar Budi Santosa, juga pengurus masjid.
Menurut dia, bakti sosial sebenarnya tidak hanya dilakukan pada bulan puasa. Pada hari-hari biasa pun, kegiatan serupa sering digelar. Hanya, pada bulan puasa lebih meningkat. “Misalnya, kami juga sering membagi-bagikan sembako kepada masyarakat yang kurang mampu. Terkadang, sembako yang dibagikan itu kami dapatkan dari para jamaah yang berzakat,” Lanjutnya.
Wujud bakti sosial yang lain adalah dibukanya Klinik Dhuafa di masjid tersebut. Klinik yang buka setiap hari itu memang khusus untuk pasien dari keluarga kurang mampu. Karena itu, semua pelayanannya gratis.
Nama Al-Wustho mengandung makna tertentu. Menurut Mas Ngabei (M.Ng.) H. Mu’nin Fatoni, salah seorang pengurus masjid, Al-Wustho berarti tengah, atau pertengahan.
Disebut demikian karena besarnya menempati posisi antara, berada di antara dua ukuran, alias berukuran sedang: tidak sebesar Masjid Agung di Keraton Kasunanan Surakarta (Masjid Agung atau Masjid Gede, terletak di seberang Pasar Klewer), tetapi juga tidak sekecil Masjid Kepatihan di kompleks Kepatihan.
Bangunan Al-Wustho, yang dirancang oleh Thomas Karsten dan didirikan tahun 1878-1918, walaupun tampak sebagai arsitektur bangunan Jawa, tetap saja masih terlihat banyak pengaruh gaya kolonial.
Gapura halaman masjid dibuat tahun 1917-1918, dengan dinding berhiaskan relief kaligrafi huruf Arab. Nama Al-Wustho pertama kali diperkenalkan pada 1949 oleh Penghulu Pura Mangkunegaran, Raden Tumenggung KH Imam Rosidi.
Pendirian masjid tersebut diprakarsai oleh K.G.P.A.A. Mangkunegara I di Kadipaten Mangkunegaran sebagai masjid Lambang Panatagama. Sebelumnya, masjid ini terletak di wilayah Kauman, Pasar Legi. Pemindahan ke wilayah Banjarsari dilakukan pada masa Mangkunegara II, dengan pertimbangan letak masjid yang strategis dan dekat Pura Mangkunegaran.
Pengelolaan masjid dilakukan oleh para abdi dalem Pura Mangkunegaran, sehingga status masjid merupakan Masjid Pura Mangkunegaran.
Pemugaran besar-besaran atas Masjid Mangkunegaran ini terjadi pada saat pemerintahan Mangkunegara VII. Ia menggunakan jasa seorang arsitek dari Prancis untuk mendesain bentuk masjid ini.
Luas kompleks Masjid Al-Wustho sekitar 4.200 m2, dengan batas pagar tembok keliling, yang sebagian besar muka berbentuk lengkung. Ada serambi, merupakan ruangan depan masjid dengan saka atau tiang utama sebanyak 18, yang melambangkan umur R.M. Said ketika keluar dari Keraton Kasunan Surakarta untuk dinobatkan sebagai Adipati Mangkunegara. Di serambi ini terdapat beduk yang bernama Kanjeng Kyai Danaswara. Bangunan maligen (mligi, khusus) dibangun atas prakarsa Mangkunegara V, digunakan untuk melaksanakan khitanan bagi putra kerabat Mangkunegaran.
Sejak pemerintahan Mangkunegara VII, maligen diperkenankan digunakan oleh Muhammadiyah sebagai tempat khitanan masyarakat umum. Hiasan kaligrafi Al-Quran, yang dapat disaksikan di berbagai tempat (seperti pada pintu gerbang, pada markis atau kuncungan, tiang dan maligen), menjadikan tampilan Al-Wustho cukup menarik dan menimbulkan suasana yang nyaman.
Ruang shalat utama merupakan ruang dalam dengan empat saka guru, tiang utama, dan 12 penyangga pembantu yang berhias kaligrafi Al-Quran. Pawasteren merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk tempat shalat khusus wanita.
Di depan masjid terdapat menara yang dibangun tahun 1926, pada masa Mangkunegara VII. Fungsinya, tentu saja, untuk mengumandangkan adzan agar menggema sampai kejauhan. Pada waktu itu, dibutuhkan tiga hingga empat orang muadzin untuk adzan bersama-sama dalam menara, untuk menyeru keempat arah yang berbeda.
Kegiatan ritual umat di Masjid Al-Wustho tak pernah putus. Yakni, tempat menjalankan ibadah shalat fardhu, tempat pengajian, dan juga acara-acara keagamaan lain. “Kadang juga digunakan untuk acara perkawinan atau melakukan upacara akad nikah,” ujar Mu’nin Fatoni. Masjid Al-Wustho, yang berdiri di Jalan Kartini, Surakarta, termasuk salah satu masjid yang sudah tua. “Maka tak mengherankan jika masjid tersebut sering dijadikan obyek penelitian,” ujar M. Syaiful Sahri, pengurus masjid.
Bakti Sosial
Dalam rangka memakmurkan masjid, sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, di Masjid Al-Wustho Mangkunegaran ini juga digelar berbagai kegiatan. Pada bulan Ramadhan, misalnya, ada acara berbuka dan sahur bersama, pengajian, dan tadarusan.
Acara makan sahur bersama di masjid ini juga unik. Menurut Syaiful, kegiatan itu awalnya bertujuan untuk membantu para tukang becak yang akan melakukan ibadah puasa. Pada malam hari memang sering tukang becak menginap di sana.“Karena itu, pengurus masjid berinisiatif membantu mereka dengan menyediakan hidangan untuk sahur bersama,” ujar Budi Santosa, juga pengurus masjid.
Menurut dia, bakti sosial sebenarnya tidak hanya dilakukan pada bulan puasa. Pada hari-hari biasa pun, kegiatan serupa sering digelar. Hanya, pada bulan puasa lebih meningkat. “Misalnya, kami juga sering membagi-bagikan sembako kepada masyarakat yang kurang mampu. Terkadang, sembako yang dibagikan itu kami dapatkan dari para jamaah yang berzakat,” Lanjutnya.
Wujud bakti sosial yang lain adalah dibukanya Klinik Dhuafa di masjid tersebut. Klinik yang buka setiap hari itu memang khusus untuk pasien dari keluarga kurang mampu. Karena itu, semua pelayanannya gratis.
sumber : www.nu.or.id
Masjid Laweyan, Perpaduan Arsitek Islam-Hindu
Solo, NU Online
Banyak faktor yang menjadikan Masjid Laweyan mengandung nilai historis. Masjid yang telah berusia lebih dari empat abad ini, merupakan masjid pertama di Kota Solo.
Masjid Laweyan didirikan pada tahun 1546 M, saat Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) berkuasa di Kerajaan Pajang, jauh sebelum berdirinya Kota Solo tahun 1745. Hal itu membuktikan bahwa masjid ini lebih tua dari Masjid Agung Solo yang baru dibangun pada tahun 1763.
Nama masjid diambil dari nama daerah didirikannya, yaitu Laweyan, yang letaknya hanya sekitar tiga km dari pusat Kerajaan Pajang di masa lampau. Laweyan sendiri sekarang masuk ke dalam wilayah Kota Surakarta, tepatnya di Dusun Belukan Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan. Masjid yang terletak di kampung batik Laweyan ini juga memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penyebaran Islam di Surakarta.
Menurut Babad Tanah Jawi, berdirinya masjid tersebut tak lepas dari salah seorang pendakwah yang bernama Ki Ageng Anis (ada yang menyebutnya Henis, sedangkan di makam tertulis Ngenis). Pada tahun 1540 M, ia mulai bermukim di Laweyan.
Di masjid itu ia mengembangkan Islam, dibantu oleh Ki Beluk, seorang pendeta Hindu yang memeluk Islam. Paduan antara budaya Hindu dan Islam inilah yang kemudian memberi corak tersendiri pada bangunan Masjid Laweyan.
Wujud akulturasi budaya Islam-Hindu sangat terlihat pada arsitektur bangunannya beserta ornamen yang menghiasi. Memang dulunya bangunan tersebut merupakan pura milik Ki Beluk.
Dengan pendekatan damai dan kemuliaan sifat Ki Ageng Anis, Ki Beluk memeluk Islam. Sanggar milik Ki Beluk pun kemudian dirubah menjadi langgar, seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama Islam, bangunan dirubah fungsinya menjadi masjid.
Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang lumayan banyak. Konon karena banyaknya santri, pesantren ini tidak pernah berhenti menanak nasi untuk makan para santri sehingga selalu keluar asap dari dapur pesantren dan disebutlah wilayah ini sebagai Kampung Belukan.
Tata ruang Masjid Laweyan merupakan tipologi masjid Jawa pada umumnya. Ruang dibagi menjadi tiga, yakni ruang induk (utama) dan serambi yang dibagi menjadi serambi kanan dan serambi kiri. Serambi kanan menjadi tempat khusus putri atau keputren, sedangkan serambi kiri merupakan perluasan untuk tempat shalat jamaah.
Salah satu peninggalan unik di Masjid Laweyan yang sering menjadi sasaran pengunjung adalah mata air sumur yang berada di sekitar kompleks masjid. Konon sumur tersebut muncul dari injakan kaki Sunan Kalijaga. Hingga saat ini airnya tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau. Selain itu juga ada tumbuhan langka pohon Nagasari yang berusia lebih dari 500 tahun.
Saat ini pemeliharaan masjid justru lebih didominasi masyarakat sekitar yang rata-rata sebagai pengusaha batik. Meski Masjid Laweyan merupakan peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta, ritual tradisi budaya keraton jarang digelar di sana.
sumber : www.nu.or.id
Banyak faktor yang menjadikan Masjid Laweyan mengandung nilai historis. Masjid yang telah berusia lebih dari empat abad ini, merupakan masjid pertama di Kota Solo.
Masjid Laweyan didirikan pada tahun 1546 M, saat Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) berkuasa di Kerajaan Pajang, jauh sebelum berdirinya Kota Solo tahun 1745. Hal itu membuktikan bahwa masjid ini lebih tua dari Masjid Agung Solo yang baru dibangun pada tahun 1763.
Nama masjid diambil dari nama daerah didirikannya, yaitu Laweyan, yang letaknya hanya sekitar tiga km dari pusat Kerajaan Pajang di masa lampau. Laweyan sendiri sekarang masuk ke dalam wilayah Kota Surakarta, tepatnya di Dusun Belukan Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan. Masjid yang terletak di kampung batik Laweyan ini juga memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penyebaran Islam di Surakarta.
Menurut Babad Tanah Jawi, berdirinya masjid tersebut tak lepas dari salah seorang pendakwah yang bernama Ki Ageng Anis (ada yang menyebutnya Henis, sedangkan di makam tertulis Ngenis). Pada tahun 1540 M, ia mulai bermukim di Laweyan.
Di masjid itu ia mengembangkan Islam, dibantu oleh Ki Beluk, seorang pendeta Hindu yang memeluk Islam. Paduan antara budaya Hindu dan Islam inilah yang kemudian memberi corak tersendiri pada bangunan Masjid Laweyan.
Wujud akulturasi budaya Islam-Hindu sangat terlihat pada arsitektur bangunannya beserta ornamen yang menghiasi. Memang dulunya bangunan tersebut merupakan pura milik Ki Beluk.
Dengan pendekatan damai dan kemuliaan sifat Ki Ageng Anis, Ki Beluk memeluk Islam. Sanggar milik Ki Beluk pun kemudian dirubah menjadi langgar, seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama Islam, bangunan dirubah fungsinya menjadi masjid.
Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang lumayan banyak. Konon karena banyaknya santri, pesantren ini tidak pernah berhenti menanak nasi untuk makan para santri sehingga selalu keluar asap dari dapur pesantren dan disebutlah wilayah ini sebagai Kampung Belukan.
Tata ruang Masjid Laweyan merupakan tipologi masjid Jawa pada umumnya. Ruang dibagi menjadi tiga, yakni ruang induk (utama) dan serambi yang dibagi menjadi serambi kanan dan serambi kiri. Serambi kanan menjadi tempat khusus putri atau keputren, sedangkan serambi kiri merupakan perluasan untuk tempat shalat jamaah.
Salah satu peninggalan unik di Masjid Laweyan yang sering menjadi sasaran pengunjung adalah mata air sumur yang berada di sekitar kompleks masjid. Konon sumur tersebut muncul dari injakan kaki Sunan Kalijaga. Hingga saat ini airnya tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau. Selain itu juga ada tumbuhan langka pohon Nagasari yang berusia lebih dari 500 tahun.
Saat ini pemeliharaan masjid justru lebih didominasi masyarakat sekitar yang rata-rata sebagai pengusaha batik. Meski Masjid Laweyan merupakan peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta, ritual tradisi budaya keraton jarang digelar di sana.
sumber : www.nu.or.id
Sunnah dan Hikmah Adzan
Suatu ketika Rasulullah saw bersama orang-orang muslim di Madinah
berkumpul untuk menentukan cara yang efektif menandai tibanya waktu
shalat.
Sebagian dari mereka mengusulkan agar menggunakan lonceng sebagaimana yang dilakukan kaum Nasrani, sebagian yang lain mengusulkan agar memanfaatkan terompet seperti kaum Yahudi.
Setelah beberapa lama berdiskusi, para sahabat belum juga menemukan satu ide yang dapat dijadikan patokan untuk menginformasikan tibanya waktu shalat. Hingga kemudian Sayyidina Umar mengusulkan “mengapa tidak langsung menyuruh seseorang memanggil-manggil orang untuk shalat?”. Maka Rasulullah saw secara spontan memerintahkan Bilal “hai Bilal panggillah mereka untuk shalat”. Bilalpun mengumandangkan adzan untuk pertama kali dalam sejarah. Begitulah asal-usul adzan sebagaimana tersebut dalam hadist Shahih Bukhari dalam Kitabul Adzan.
Adapun mengenai sistematika adzan itu sendiri yang diajarkan Rasulullah saw kepada sahabat Bilal adalah sebagaimana yang kita dengar sekarang ini. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw.
Begitu pula bagi yang mendengarkan, disunnahkan untuk menjawabnya sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw dengan mengikuti kalimat muaddzin kecuali ketika kalimat hayya alas shalah dan hayya alal falah, maka jawabannya adalah lahaula wala quwaata illa billah.
Adzan dan iaqamah sendiri menurut fiqih merupakan salah satu kesunnahan yang harus dikumandangkan bagi mereka yang hendak mendirikan shalat. Hal ini menjadi penting apabila kita mengingat sebuah hadits Rasulullah saw yang menerangkan keutamaan adzan, bahwa ketika adzan dikumandangkan, setan lari terbirit-birit sambil kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan. Ketika adzan telah selesai maka ia muncul lagi dan pada saat iqamah diperdengarkan, ia pun lari terbirit-birit lagi. Dan ketika iqamah selesai ia datang kembali dan membisikkan sesuatu kepada dalam hati manusia dan mengingatkan manusia segala ini-itu, yang tidak teringat sebelum shalat. Demikian, sehingga manusia itu lupa (ragu) berapa rakaat yang telah ia kerjakan. Sebagaimana diterangkan dalam Mukhtashar Sahih Bukhari di bawah ini:
Begitu dekatnya hubungan adzan-iqamah dengan shalat, sehingga keduanya menjadi simbol dari keislaman itu sendiri. Belum lagi kandungan keduanya yang menyerukan syahadat tauhid dan rasulnya. Oleh karenanya sebagian masyarakat muslim menjadikan adzan sebagai salah satu tradisi penanda ketauhidan yang sangat bernilai bagi mereka yang mendengarkan baik sebagia bentuk pengajaran (seperti adzan-iqamah untuk bayi yang baru lahir) atau pengingat (bagi mayit yang hendak dikuburkan).
sumber : www.nu.or.id
Sebagian dari mereka mengusulkan agar menggunakan lonceng sebagaimana yang dilakukan kaum Nasrani, sebagian yang lain mengusulkan agar memanfaatkan terompet seperti kaum Yahudi.
Setelah beberapa lama berdiskusi, para sahabat belum juga menemukan satu ide yang dapat dijadikan patokan untuk menginformasikan tibanya waktu shalat. Hingga kemudian Sayyidina Umar mengusulkan “mengapa tidak langsung menyuruh seseorang memanggil-manggil orang untuk shalat?”. Maka Rasulullah saw secara spontan memerintahkan Bilal “hai Bilal panggillah mereka untuk shalat”. Bilalpun mengumandangkan adzan untuk pertama kali dalam sejarah. Begitulah asal-usul adzan sebagaimana tersebut dalam hadist Shahih Bukhari dalam Kitabul Adzan.
Adapun mengenai sistematika adzan itu sendiri yang diajarkan Rasulullah saw kepada sahabat Bilal adalah sebagaimana yang kita dengar sekarang ini. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw.
عن أنس رضي الله عنه قال: أمر بلال أن يشفع الأذان, وأن يوتر الإقامة إلا الإقامة
Diriwayatkan dari Anas r.a. Bilal diperintahkan untuk mengulang
pengucapan (kalimat) adzan dua kali, dan untuk iqamah satu kali kecuali
‘qad qamatis shalah’ Begitu pula bagi yang mendengarkan, disunnahkan untuk menjawabnya sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw dengan mengikuti kalimat muaddzin kecuali ketika kalimat hayya alas shalah dan hayya alal falah, maka jawabannya adalah lahaula wala quwaata illa billah.
Adzan dan iaqamah sendiri menurut fiqih merupakan salah satu kesunnahan yang harus dikumandangkan bagi mereka yang hendak mendirikan shalat. Hal ini menjadi penting apabila kita mengingat sebuah hadits Rasulullah saw yang menerangkan keutamaan adzan, bahwa ketika adzan dikumandangkan, setan lari terbirit-birit sambil kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan. Ketika adzan telah selesai maka ia muncul lagi dan pada saat iqamah diperdengarkan, ia pun lari terbirit-birit lagi. Dan ketika iqamah selesai ia datang kembali dan membisikkan sesuatu kepada dalam hati manusia dan mengingatkan manusia segala ini-itu, yang tidak teringat sebelum shalat. Demikian, sehingga manusia itu lupa (ragu) berapa rakaat yang telah ia kerjakan. Sebagaimana diterangkan dalam Mukhtashar Sahih Bukhari di bawah ini:
حدثنا عبد
الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن أبي الزناد عن الأعرج
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا نودي
للصلاة أدبر الشيطان وله ضراط حتى لا يسمع التأذين فإذا قضى النداء أقبل
حتى إذا ثوب بالصلاة أدبر حتى إذا قضى التثويب أقبل حتى يخطر
بين المرء ونفسه يقول اذكر كذا اذكر كذا لما لم يكن يذكر حتى يظل الرجل لا
يدري كم صلى
Maka menjadi wajar jika dikemudian hari adzan dan iqamah menjadi
tradisi tersendiri bagi kaum muslim yang biasa dikumandangkan dalam
waktu-waktu penting tertentu yang dianggap ‘rawan’ dari godaan syaitan.
Sebagaimana adzan-iqamah diperdengarkan ditelinga mereka yang pingsan,
atau ketika melihat ular yang tidak pada tempatnya (di kantor, di rumah
dll).Begitu dekatnya hubungan adzan-iqamah dengan shalat, sehingga keduanya menjadi simbol dari keislaman itu sendiri. Belum lagi kandungan keduanya yang menyerukan syahadat tauhid dan rasulnya. Oleh karenanya sebagian masyarakat muslim menjadikan adzan sebagai salah satu tradisi penanda ketauhidan yang sangat bernilai bagi mereka yang mendengarkan baik sebagia bentuk pengajaran (seperti adzan-iqamah untuk bayi yang baru lahir) atau pengingat (bagi mayit yang hendak dikuburkan).
sumber : www.nu.or.id
Silisah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Karya: Abdulloh bin Umar Assathir
Oleh : Harun Abul Kasaf Al Warid
Memang benar, pendapat yang menyatakan Gus Dur adalah keturunan Rasulullah SAW. Runtutan silsilah itu terbaca dalam kitab Talkish, karya Abdullah bin Umar Assathiri. KH. Abdurrahmad Wahid (Gus Dur), presiden keempat Indonesia, ternyata memiliki silsilah keluarga yang berpangkal pada Nabi Muhammad SAW. Dalam kitab Talkhish, karya Abdullah bin Umar Assathiri, dijelaskan bahwa Gus Dur merupakan keturunan ke-34, dari Rasulullah. Garis keturunan GusDur bersambung keatas dari ayah kakeknya. Adapaun rincian selengkapnya sbb:KH. Abdurrohman Wahid anak dari Kh. Abdul Wahid Hasyim, mantan menteri Agama RI. Sedangkan KH. Abdul Wahid Hasyim anak dari KH. Hasyim Asy'ari. Pendiri NU. KH. Hasyim Asy'ari sendiri anak dari Asy'ari yang berada di Jombang. Sementara itu, berturut-turut dari Asy'ari keatas hingga ke Nabi Muhammad SAW, garis keturunan GusDur diterangkan dalam kitab tersebut sbb: Asy'ari anak dari Anu Sar'wan, Anu Sar'wan anak dari Abdul Wahid, anak dari Abdul Halim, Abdul Halim anak dari Abdurrohman yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sambud Bagda, Abdurrahman anak dari Abdul Halim, anak dari Abdurrahman yang dikenal dengan Julukan Jaka Tingkir. Abdurrahman anak dari Ainul Yaqin yang terkenal dengan nama Sunan Giri, Ainul Yaqin anak dari Maulan Ishak, Maulana Ishak anak dari Ibrahim Asmura, sedangkan Ibrahim Asmura anak dari Jamaluddin Khusen, anak dari Ahmad Syah Jalal. Seperti diketahui, Rosulullah mempunyai seorang puteri yang bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra'. dari pasangan Fathimah dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib lahirlah Husein bin Ali. Kemudian, berturut-turut kebawah dari Husein bin Ali adalah sbb: Ali Zainal Abidin Muhammad Al-Baqir-Jafar Shadiq-Ali Al-Uraidi-Muhammad An-Naqib-Isa Ar-Rumi-Ahmad Al-Muhajirilallah-Ubaidillah-Alawi-Muhammad-Alawi Muhammad-Ali Choli Qosam-Muhammad Shahibu Mirbat-Alawi-Amir Abdul Malik-Abdullah Khain. Nah, dari Abdullah Khain ini lahirlah seorang anak yang bernama Ahmad Syah Jalal. Akhirnya jika dihitung dari Rosulullah hingga ke KH. Abdurrahman Wahid, silsilah Gus Dur jatuh pada keturunan yang ke-34. Diakui Para Habib Tentang kebenaran silsilah Gus Dur yang sampai ke garis keturunan Rasulullah dibenarkan juga oleh Habib Husein Syafe'i Al-Muhdhar dan Habib Assad Shihab. menurut Habib Husein, salah seorang cucu Habib Muhammad Al-Muhdhar (Habib Kramat) Bondowoso, bahwa dirinya juga telah melakukan penelitian atas kitab-kitab tentang silsilah para Habaib. Habib Husein mengungkapkan, tentang silsilah KH. Hasyim Asy'ari memang ditemukan kalau dia berasal dari salah satu garis keturunan Nabi Muhammad SAW. "Kitab-kitab yang berisi tentang silsilah memang banyak tidak diminati orang. Sebab, membaca rentetan kalimat yang terdiri dari nama-nama orang sungguh-sungguh menjenuhkan," tutur Habib Husein kepada Duta Selasa lalu. "Oleh karena itu, jangan heran jika kebenaran adanya silsilah Gus Dur pun menjadi tidak populer ditengah-tengah masyarakat kita, "tandasnya kemudian. Demikian pula dengan Habib Assad Shihab, kakek mertuanya Alwi Shihab (Menlu). Mengutip penuturan Habib Husein, diapun membenarkan tentang silsilah Gus Dur tersebut. Dan hasil Study beberapa kitab silsiahnya, Habib Assad juga menemukan asal-muasal kakek-kakeknya KH. Hasyim Asy'ari. Menurutnya, garis keturunan Kia Pendiri NU tersebut memang sampai Rosulullah. KH. HASYIM ASY'ARI DI "GOA HIRO" Beliau adalah anak dari Asy'ari lahir di Jombang tahun 1871. Lima tahun dalam asuhan neneknya di Pondok Gedang, kemudian dibawa ayahnya ke desa Kras sebelah selatan kota Jombang. Selain mendapat didikan dari ayahnya ia juga pernah belajar agama di beberapa tempat. yaitu di Probolinggo, kemudian ia pergi ke Makkah, salah satu dari kebiasaannya disana ialah setiap hari sabtu ia uzlah ke Goa Hiro' (tempat Nabi Muhammad SAW bersholawat dan menerima wahyu),dibawanya kesana kitab suci Al-Qur'an dan kitab-kitab AlhusSunnah wal jama'ah untuk ditahsihan. Setelah delapan tahun di Mekkah ia pun ketempat kediamannya, Jombang. disingsingannya lengan bajunya untuk mengembangkan ilmu pada penduduk negeri, namanya makin lama makin masyhur dalam perkumpulan NU beliau Saihuna Akbarnya, NU menjadi besar dan semarak atas usaha dan pengaruhnya. Setelah kembali dari tanah suci Hasyim Asy'ari dan para ulama sangat sedih dan terkejut melihat gencarnya model dan produk baru dalam perkembangan Islam, seperti apa yang dikatakan "SNOUCK HORGRONJE" (Gubernur penjajah Belanda): "Untuk menghancurkan ulama dan umat Islam di Indonesia harus dilakukan dari dalam". Akibatnya banyak bermunculan dan merajalelanya Islam pesanan stock baru. Oleh karena itu para ulama di Nusantar berhimpun untuk membendung dan melindungi umat agar tetap bersatu, akhirnya dengan izin Allah SWT terbentuklah Jami'ah "Nahdlatul Ulama". Ahlus Sunnah Wal jama'ah dengan Ro'is Akbarnya KH. Hasyim Asy'ari. Beliau wafat pada 25 Juli 1947, setelah berjuang menegakkan agama dan mendorong umat islam kemedan kemajuan. NABI MUHAMMAD SAW 1. SAYYIDAH FATHIMAH AZ-ZAHRA (Isteri Sayyidina Ali Bin Abi Thalib)
2. HUSEIN BIN ALI
3. ALI ZAINAL ABIDIN
4. MUHAMMAD AL BAQIR
5. JA'FAR SODIQ
6. ALI AL URAIDI
7. MUHAMMAD ANNAQIB
8. ISA ARRUMI
9. AHMAD AL MUHAJIR ILALLOH (AL HADRAMI)
10. UBAIDILLAH
11. ALAWI
12. MUHAMMAD
13. ALAWI
14. MUHAMMAD
15. ALI HOLIL QOSAM
16. MUHAMMAD SOHIBUL MIRBAT
17. ALAWI
18. AMIR ABDUL MALIK
19. ABDULLOH KHAIN
20. AHMAD SYAH JALAL
21. JAMALUDIN HUSEN (JAMALUDIN AKBAR)
22. MAULANA IBRAHIM ASMORO
23. MAULANA ISHA' (SYEH AWALUL ISLAM, ACEH)
24. AINUL YAKIN (SUNAN GIRI, GRESIK)
25. ABDURROHMAN (JAKA TINGKIR)
26. ABDUL HALIM ( PANGERAN BENOWO)
27. ABDURROHMAN (PANGERAN SAMBUD BAGDA)
28. KH. ABDUL HALIM
29. KH. ABDUL WAHID
30. H. ANU SARWAN
31. KH. ASY'ARI
32. KH. HASYIM ASY'ARI (PENDIRI NU)
33. KH. ABDUL WAHID HASYIM (MENTERI AGAMA)
34. GUS DUR (KH. SAYYID ABDUR ROHMAN WAHID)
sumber : cahcilik95.blogspot.com
Memang benar, pendapat yang menyatakan Gus Dur adalah keturunan Rasulullah SAW. Runtutan silsilah itu terbaca dalam kitab Talkish, karya Abdullah bin Umar Assathiri. KH. Abdurrahmad Wahid (Gus Dur), presiden keempat Indonesia, ternyata memiliki silsilah keluarga yang berpangkal pada Nabi Muhammad SAW. Dalam kitab Talkhish, karya Abdullah bin Umar Assathiri, dijelaskan bahwa Gus Dur merupakan keturunan ke-34, dari Rasulullah. Garis keturunan GusDur bersambung keatas dari ayah kakeknya. Adapaun rincian selengkapnya sbb:KH. Abdurrohman Wahid anak dari Kh. Abdul Wahid Hasyim, mantan menteri Agama RI. Sedangkan KH. Abdul Wahid Hasyim anak dari KH. Hasyim Asy'ari. Pendiri NU. KH. Hasyim Asy'ari sendiri anak dari Asy'ari yang berada di Jombang. Sementara itu, berturut-turut dari Asy'ari keatas hingga ke Nabi Muhammad SAW, garis keturunan GusDur diterangkan dalam kitab tersebut sbb: Asy'ari anak dari Anu Sar'wan, Anu Sar'wan anak dari Abdul Wahid, anak dari Abdul Halim, Abdul Halim anak dari Abdurrohman yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sambud Bagda, Abdurrahman anak dari Abdul Halim, anak dari Abdurrahman yang dikenal dengan Julukan Jaka Tingkir. Abdurrahman anak dari Ainul Yaqin yang terkenal dengan nama Sunan Giri, Ainul Yaqin anak dari Maulan Ishak, Maulana Ishak anak dari Ibrahim Asmura, sedangkan Ibrahim Asmura anak dari Jamaluddin Khusen, anak dari Ahmad Syah Jalal. Seperti diketahui, Rosulullah mempunyai seorang puteri yang bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra'. dari pasangan Fathimah dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib lahirlah Husein bin Ali. Kemudian, berturut-turut kebawah dari Husein bin Ali adalah sbb: Ali Zainal Abidin Muhammad Al-Baqir-Jafar Shadiq-Ali Al-Uraidi-Muhammad An-Naqib-Isa Ar-Rumi-Ahmad Al-Muhajirilallah-Ubaidillah-Alawi-Muhammad-Alawi Muhammad-Ali Choli Qosam-Muhammad Shahibu Mirbat-Alawi-Amir Abdul Malik-Abdullah Khain. Nah, dari Abdullah Khain ini lahirlah seorang anak yang bernama Ahmad Syah Jalal. Akhirnya jika dihitung dari Rosulullah hingga ke KH. Abdurrahman Wahid, silsilah Gus Dur jatuh pada keturunan yang ke-34. Diakui Para Habib Tentang kebenaran silsilah Gus Dur yang sampai ke garis keturunan Rasulullah dibenarkan juga oleh Habib Husein Syafe'i Al-Muhdhar dan Habib Assad Shihab. menurut Habib Husein, salah seorang cucu Habib Muhammad Al-Muhdhar (Habib Kramat) Bondowoso, bahwa dirinya juga telah melakukan penelitian atas kitab-kitab tentang silsilah para Habaib. Habib Husein mengungkapkan, tentang silsilah KH. Hasyim Asy'ari memang ditemukan kalau dia berasal dari salah satu garis keturunan Nabi Muhammad SAW. "Kitab-kitab yang berisi tentang silsilah memang banyak tidak diminati orang. Sebab, membaca rentetan kalimat yang terdiri dari nama-nama orang sungguh-sungguh menjenuhkan," tutur Habib Husein kepada Duta Selasa lalu. "Oleh karena itu, jangan heran jika kebenaran adanya silsilah Gus Dur pun menjadi tidak populer ditengah-tengah masyarakat kita, "tandasnya kemudian. Demikian pula dengan Habib Assad Shihab, kakek mertuanya Alwi Shihab (Menlu). Mengutip penuturan Habib Husein, diapun membenarkan tentang silsilah Gus Dur tersebut. Dan hasil Study beberapa kitab silsiahnya, Habib Assad juga menemukan asal-muasal kakek-kakeknya KH. Hasyim Asy'ari. Menurutnya, garis keturunan Kia Pendiri NU tersebut memang sampai Rosulullah. KH. HASYIM ASY'ARI DI "GOA HIRO" Beliau adalah anak dari Asy'ari lahir di Jombang tahun 1871. Lima tahun dalam asuhan neneknya di Pondok Gedang, kemudian dibawa ayahnya ke desa Kras sebelah selatan kota Jombang. Selain mendapat didikan dari ayahnya ia juga pernah belajar agama di beberapa tempat. yaitu di Probolinggo, kemudian ia pergi ke Makkah, salah satu dari kebiasaannya disana ialah setiap hari sabtu ia uzlah ke Goa Hiro' (tempat Nabi Muhammad SAW bersholawat dan menerima wahyu),dibawanya kesana kitab suci Al-Qur'an dan kitab-kitab AlhusSunnah wal jama'ah untuk ditahsihan. Setelah delapan tahun di Mekkah ia pun ketempat kediamannya, Jombang. disingsingannya lengan bajunya untuk mengembangkan ilmu pada penduduk negeri, namanya makin lama makin masyhur dalam perkumpulan NU beliau Saihuna Akbarnya, NU menjadi besar dan semarak atas usaha dan pengaruhnya. Setelah kembali dari tanah suci Hasyim Asy'ari dan para ulama sangat sedih dan terkejut melihat gencarnya model dan produk baru dalam perkembangan Islam, seperti apa yang dikatakan "SNOUCK HORGRONJE" (Gubernur penjajah Belanda): "Untuk menghancurkan ulama dan umat Islam di Indonesia harus dilakukan dari dalam". Akibatnya banyak bermunculan dan merajalelanya Islam pesanan stock baru. Oleh karena itu para ulama di Nusantar berhimpun untuk membendung dan melindungi umat agar tetap bersatu, akhirnya dengan izin Allah SWT terbentuklah Jami'ah "Nahdlatul Ulama". Ahlus Sunnah Wal jama'ah dengan Ro'is Akbarnya KH. Hasyim Asy'ari. Beliau wafat pada 25 Juli 1947, setelah berjuang menegakkan agama dan mendorong umat islam kemedan kemajuan. NABI MUHAMMAD SAW 1. SAYYIDAH FATHIMAH AZ-ZAHRA (Isteri Sayyidina Ali Bin Abi Thalib)
2. HUSEIN BIN ALI
3. ALI ZAINAL ABIDIN
4. MUHAMMAD AL BAQIR
5. JA'FAR SODIQ
6. ALI AL URAIDI
7. MUHAMMAD ANNAQIB
8. ISA ARRUMI
9. AHMAD AL MUHAJIR ILALLOH (AL HADRAMI)
10. UBAIDILLAH
11. ALAWI
12. MUHAMMAD
13. ALAWI
14. MUHAMMAD
15. ALI HOLIL QOSAM
16. MUHAMMAD SOHIBUL MIRBAT
17. ALAWI
18. AMIR ABDUL MALIK
19. ABDULLOH KHAIN
20. AHMAD SYAH JALAL
21. JAMALUDIN HUSEN (JAMALUDIN AKBAR)
22. MAULANA IBRAHIM ASMORO
23. MAULANA ISHA' (SYEH AWALUL ISLAM, ACEH)
24. AINUL YAKIN (SUNAN GIRI, GRESIK)
25. ABDURROHMAN (JAKA TINGKIR)
26. ABDUL HALIM ( PANGERAN BENOWO)
27. ABDURROHMAN (PANGERAN SAMBUD BAGDA)
28. KH. ABDUL HALIM
29. KH. ABDUL WAHID
30. H. ANU SARWAN
31. KH. ASY'ARI
32. KH. HASYIM ASY'ARI (PENDIRI NU)
33. KH. ABDUL WAHID HASYIM (MENTERI AGAMA)
34. GUS DUR (KH. SAYYID ABDUR ROHMAN WAHID)
sumber : cahcilik95.blogspot.com
Friday, 1 March 2013
Download UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
Subscribe to:
Posts (Atom)