Indonesia di 2014 membutuhkan
sosok seperti Pangerang Diponegoro,
Pahlawan Indonesia yang rela melepaskan kemewahan demi perjuangan melawan
penjajah dan syiar Islam.
Indonesia di 2014
membutuhkan sosok seperti Jenderal Besar
Soedirman, tentara yang religius, mampu menyatukan kekuatan rakyat dan
tentara serta mau berjuang bersama-sama secara langsung dengan anak buahnya,
pantang mundur dan mengalah meskipun kondisinya badannya yang tidak
memungkinkan untuk berperang.
Indonesia di 2014
membutuhkan sosok seperti KH. Abdurahman
Wahid (Gus Dur), ulama kharismatik yang penuh toleransi demi Persatuan dan
Kesatuan Bangsa namun tetap teguh dalam pendirian beragama.
Indonesia di 2014
membutuhkan sosok seperti Ir. Soekarno,
pemimpin penuh kharismatik, berani, dan sangat teguh dalam menegakkan
kedaulatan dan kehormatan martabat bangsa dan negara.
Indonesia di 2014
membutuhkan sosok seperti Soeharto,
Presiden yang mampu memetakan pencapaian pembangunan nasional per lima tahun
dan dua puluh lima tahun sehingga negara mempunyai arah tujuan yang jelas.
Indonesia di 2014
membutuhkan sosok seperti Sultan
Hamengkubuwono IX, Raja sekaligus negarawan sejati yang mengedepankan
Persatuan dan Kesatuan bangsa meskipun berbeda pandangan dengan penguasa
Indonesia pada masanya.
Pemimpin itu bukan
masalah dari Sipil atau dari Militer yang penting adalah mampu membawa Bangsa
dan Negara ini ke arah yang lebih maju, satu tujuan yakni kemakmuran rakyatnya.
Buat apa Sipil, jika melebihi Diktator, buat apa Militer, jika tak ubahnya
seperti wayang yang dijalankan oleh Ki Dalang.
Bukan perkara Sipil
atau Militer, melainkan mampu menjadi pemimpin negara besar, negarawan sejati,
dan tentunya harus seorang pemberani karena Presiden di Indonesia juga
merupakan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata.
Bukan perkara harus
dari Jawa atau Tidak, yang penting mampu menyatukan semua lapisan masyarakat
yang terdiri atas berbagai suku, budaya, dan daerah. Buat apa dari Jawa, jika
tidak dapat bertindak laksana Raja-Raja di Jawa yang pemberani, penuh kharisma,
sayang pada rakyatnya dan sangat peduli terhadap kedaulatan wilayahnya.
Bukan perkara dari
diusulkan oleh Partai Politik atau jalur Independen, tidak ada jaminan dari
kedunya. Buat apa jika dari Partai Politik tatkala nantinya negara ini hanya
jadi banjakan, ajang bagi-bagi rezeki dan balas budi. Dan yang lebih
memprihatinkan adalah tetap terus tersandera selama kepemimpinannya. Jalur
Independen pun tidak menjamin, banyak negara asing yang mengincar Indonesia,
khawatir disponsori oleh pihak asing.
Bukan perkara dari
sosok negarawan atau tidak, karena di Indonesia sedang miskin tokoh negarawan
sejati, terakhir kali adalah Almarhum Taufik Kiemas, sampai saat ini belum ada.
Ref : hasil renungan,,
No comments:
Post a Comment